16.8 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Demi Dapatkan Air, Penduduk di Desa Karanganyar Gali Dasar Sungai yang Kering

Karanganyar, MISTAR.ID

Sudah empat bulan desa yang ditempati Sunardi tidak menerima hujan akibat kemarau yang disebabkan El Nino. Para petani tembakau di desa itu terpaksa menggali dasar sungai yang kering untuk mendapatkan air.

Dalam satu atau dua jam, air asin dan berlumpur akan mengisi lubang yang baru digali. Sunardi, dan puluhan warga lainnya di Desa Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, kemudian membawa pulang air tersebut untuk diminum, mencuci dan mengairi tanaman mereka yang layu akibat kekeringan.

“Kemarau di desa ini sudah terasa sejak bulan April dan hingga kini belum turun hujan. Sumur-sumur di wilayah ini sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” jelas Sunardi kepada Reuters.

Baca Juga: Begini Dampak El Nino, Mulai dari Penyakit Hingga Rawan Pangan

“Tanaman di sini, seperti jagung, sudah layu semua. Tembakau bisa hidup, tapi tidak tumbuh maksimal, jadi harus tetap menyiramnya dengan air dasar sungai juga,” sambung dia.

Warga di desa itu telah menggali dasar sungai sejak Juni, ketika air di sumur mereka habis.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, fenomena El Niño, yang membawa gelombang panas dan kering berkepanjangan, mempengaruhi lebih dari dua pertiga wilayah Indonesia, termasuk seluruh Jawa, wilayah utara Kalimantan kecuali wilayah pesisir Sumatra.

“Populasi wilayah tersebut melebihi 70 persen dari total populasi Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta orang,” kata Ardhasena Sopaheluwakan, Wakil Kepala Klimatologi BMKG.

Baca Juga: Antisipasi El Nino, Pemerintah Siagakan 2,2 Juta Ton Stok Beras

Para ilmuwan mengatakan, El Niño telah menyebabkan rekor gelombang panas di kota-kota dari Beijing hingga Roma, meningkatkan risiko kebakaran hutan dan memengaruhi tanaman seperti gandum, minyak sawit, dan beras.

Pertanian menyumbang hampir 14 persen dari PDB Indonesia dan sepertiga dari tenaga kerja yang bekerja di pertanian, menurut data pemerintah.

Tris Adi Sukoco, pejabat BMKG Jawa Tengah, mengatakan dengan curah hujan yang turun drastis di wilayah itu, membuat warga desa seperti Sunardi harus mengubah pola tanam mereka.

Namun, petani itu mengatakan sudah terlambat. “Bahkan jika sungai di sini benar-benar kering, kita harus mencarinya di mana pun itu,” katanya. (bbc/hm22)

Related Articles

Latest Articles