Suka Duka Pedagang Burung Jelang Imlek
Seorang pedagang burung, Apanik, yang menceritakan turunnya omset pada Imlek tahun 2025. (f:amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Seorang pria tua berkulit sawo matang yang mengenakan jaket dan topi duduk di depan Vihara Pak Ti Hut Co Jalan Sunggal No 374, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, pada Selasa (28/1/25).
Apanik, nama pria 72 tahun itu mengaku menjajakan burung-burung dagangannya. Ia sudah melakoni profesi ini sejak Indonesia masih dipimpin Presiden Soeharto.
Meski sudah puluhan tahun menghidupi keluarga dengan tujuh anak dengan berjualan burung, Apanik tak pernah bosan untuk terus menjalani usaha ini di usia yang sudah senja.
"Kalau sehari di rumah, dirasa badan sakit-sakit semua," katanya saat ditemui mistar.id, pada Selasa (28/1/25) sore.
Dikatakan Apanik, ia mulai menjajakan burung-burung tersebut sejak pukul 06.00 WIB. Namun, hingga sore hari menjelang Imlek ini, baru sedikit yang terjual.
"Biasanya jelang Imlek banyak yang beli burung untuk salah satu tradisi mereka. Tahun lalu banyak yang beli, langsung borong habis. Tapi, tahun ini sepi, baru terjual 50 ekor, sedikit yang beli," ungkap Apanik terdengar lelah.
Sepanjang ditemani mistar.id, tak satupun pembeli yang menghampiri Apanik untuk memberi burung yang dijajakannya.
Lelaki itu juga menjelaskan biasanya menjajakan burung-burungnya ke sekolah.
"Sekolah libur, jadi keliling aja di komplek-komplek, vihara-vihara, atau di tempat yang ramai seperti pasar," lanjutnya.
Pria yang mengaku tinggal di sekitaran Koramil Diski Kecamatan Sungga, Kabupaten Deli Serdang ini mengatakan menjual burung-burung tersebut mulai dari Rp4.000 sampai Rp150.000 per ekor.
"Yang Rp4.000 burung pipit, Rp30.000 ada burung kutilang, burung jalak, burung balam, dan merpati Rp40.000. Burung kepodang yang harganya Rp150.000, tadi sudah dibeli tapi ditawar Rp130.000 jadi saya kasih," paparnya.
Menurut Apanik, saat ini ia merasa jauh lebih sudah mencari nafkah dibanding masa-masa mudanya dulu.
"Ini saya sudah ganti motor karena yang lama hilang saat Covid-19. Tapi ada yang memberi rezeki Rp2.000.000. Saya pakai Rp1.500.000 untuk buat kandang burung di atas motor ini untuk dijual. Sisanya saya cicil beli burung," sambungnya.
Sedikitnya pembeli membuat modal yang dikeluarkan Apanik sekitar Rp1.000.000 untuk dagangannya kali ini belum juga kembali.
"Kemarin keliling sampai Kota Binjai, bukan untung malah rugi karena beli minyak Rp40.000 dan ban bocor bayar Rp15.000. Sementara saat itu yang terjual cuma 50 ekor," tandasnya. (amita/hm18)