2.8 C
New York
Saturday, January 11, 2025

Program Makan Bergizi Gratis akan Dimulai, Timbulkan Defisit Produksi?

Medan, MISTAR.ID

Berjalannya program makan bergizi gratis ala Presiden Prabowo Subianto mendapat berbagai macam sorotan. Salah satunya terkait kemungkinan terjadinya defisit produksi pada menu makanan tersebut.

Hal ini diungkapkan Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin yang mengatakan kemungkinan defisit produksi bakal terjadi terutama pada komponen lauk pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) nantinya.

“Program ini secara bertahap akan dilaksanakan pada awal tahun depan. Dimana komposisi makanan dalam program tersebut sejauh ini menimbulkan pertanyaan, apakah akan memicu terjadinya defisit produksi karena kebutuhannya meningkat? Terutama untuk komponen lauk yang menjadi tolak ukur gizi makan bergizi gratis tersebut,” ujarnya, Rabu (25/12/24).

Gunawan mengatakan, hal tersebut tersebut bisa saja terjadi khususnya pada provinsi yang tidak bisa menyediakan secara mandiri pada pasokan hidangan program tersebut. “Permasalahan muncul karena tidak semua provinsi mampu menyediakan secara mandiri pasokan lauknya. Seperti DKI Jakarta yang jelas-jelas membutuhkan wilayah produsen sebagai penyangga kebutuhan pangannya,” ungkapnya.

“Sehingga setiap provinsi akan berhadapan dengan ragam masalah yang berbeda. Namun saya menilai kebutuhan lauk untuk program makan bergizi gratis akan mampu dipenuhi nantinya. Potensi defisit produksi bisa diatasi dalam waktu yang singkat,” sambung Gunawan.

Baca Juga : Kodim 0212/TS Uji Coba Makan Bergizi Gratis pada Murid SD

Dirinya pun menganalogikan kebutuhan yang ada di Sumut. “Seandainya makanan bergizi gratis komponen lauk semuanya dari daging ayam, jika dilihat di provinsi Sumatera Utara sebagai sampel, dengan jumlah pelajar SD 1.56 juta. Maka dibutuhkan sekitar 2.86 juta ekor hingga 4.87 juta ekor setiap bulannya,” jelasnya.

Menurutnya, dasar perhitungan tersebut sangat bergantung dengan sejumlah asumsi seperti penyajian daging ayam yang digunakan sebagai lauk setiap hari, hingga jumlah hari efektif belajar setiap bulan (22 hingga 25 hari) serta sejumlah asumsi dasar lainnya.

“Asumsi tersebut sudah pasti tidak akan sepenuhnya seperti itu di tahapan pelaksanaan. Asumsi lauk daging ayam setiap hari hampir mustahil dilakukan. Karena siswa juga punya titik jenuh mengkonsumsi lauk yang sama setiap harinya. Jadi kebutuhan akan daging ayam itu nantinya juga akan fleksibel di tatanan pelaksanaan,” katanya.

Meski begitu, Ekonom tersebut pun meyakini pasokan kebutuhan lauk pada program tersebut akan tetap bisa terpenuhi nantinya.

“Namun secara keseluruhan saya yakin pasokan kebutuhan akan lauk tetap bisa disediakan. Untuk daging ayam tidak akan memicu terjadinya defisit produksi. Kalau berbicara Sumut, kebutuhan daging ayam seiring dijalankan program MBG, itu hanya sekitar 25% dari total produksi peternak ayam mandiri setiap bulan. Dan peningkatan kapasitas produksi peternak plasma juga mampu mengatasinya,” tuturnya.

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles