Ia mempertanyakan model kampanye yang memilih APK sebagai metode utama, terutama jika itu menjadi kendala bagi masyarakat.
“Partai Politik, calon legislatif dari partai, dan tim sukses, serta tim yang memasang spanduk di lapangan, saat ini diuji dalam kecerdasannya. Jika dari awal gaya kampanye menggunakan APK seperti sekarang, apa yang bisa diharapkan?” katanya sambil mempertanyakan.
Namun demikian, ia mengakui para calon legislatif perlu menggunakan spanduk sebagai alat sosialisasi dan promosi diri kepada masyarakat.
Baca juga : Bawaslu Sumut Sebut Sulit Menertibkan APK di Kota Medan
Tapi, ia menegaskan ada cara efektif dan alternatif lain yang bisa dimanfaatkan untuk kampanye, seperti media digital dan media sosial.
“Ada banyak cara alternatif dan efektif untuk kampanye yang bisa dimanfaatkan, seperti media digital, media sosial, dan turun langsung ke masyarakat,” ujarnya.
Mujahiddin mengakui baliho masih menjadi alat peraga yang penting untuk menyampaikan informasi dan memperkenalkan diri kepada masyarakat menurut survei politik.
Namun, ia juga menyuarakan keprihatinan terkait keselamatan pengguna jalan dan dampak limbah dari APK setelah masa kampanye berakhir.
