Thursday, January 23, 2025
logo-mistar
Union
MEDAN

Cerita Pengemudi Ojek Offline Soal Tingginya Tingkat Kriminal di Simpang Sicanang

journalist-avatar-top
By
Thursday, January 23, 2025 14:38
59
cerita_pengemudi_ojek_offline_soal_tingginya_tingkat_kriminal_di_simpang_sicanang

Beberapa tukang ojek sedang menanti penumpang di Simpang Jalan Sicanang dan Jalan Besar Sumatra, Medan Belawan, Kamis (23/1/25). (f: ari/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Di tengah pesatnya persaingan ojek online di Indonesia, masih tersisa profesi ojek offline di seputar Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

Pantauan mistar.id, Kamis (23/1/25), beberapa pria sedang menunggu penumpang di Simpang Jalan Sicanang dan Jalan Besar Sumatra, Medan Belawan.

Salah seorang pengemudi ojek, Ramli (31), mengaku memutuskan menekuni profesi ini sejak setahun lalu untuk menghidupi keluarganya.

“Mencari kerja sekarang susah. Dulu saya nelayan sebenarnya, cuma karena kapal saya sudah rusak dan tak punya modal, beralih profesi seperti saat ini. Jadi tukang ojek,” ungkap ayah tiga anak itu.

Ramli mengaku tarif yang ditawarkan pada penumpang terbilang murah untuk wilayah Sicanang.

“Kalau dari simpang Jalan Sumatera Belawan ke Sicanang pertengahan cuma 5.000 rupiah aja. Kalau bagian Sicanang ujung 10.000 rupiah,” ucapnya.

Pria yang berdomisili di Jalan Sicanang itu juga mengatakan pesaing dari profesinya saat ini adalah angkutan umum yang disediakan Pemerintah Kota Medan.

“Paling cuma angkot yang difasilitasi dari Pak Bobby aja saingan kami, itu pun diberikan sejak 2022. Sebelumnya, tak ada transportasi umum ke Sicanang ini, makanya saya bersama beberapa tukang ojek lainnya masih meneruskan profesi ini,” lanjut Ramli.

Dari profesi ojek offline tersebut, Ramli mengaku mampu menafkahi keluarga dengan sederhana.

“Cukuplah untuk lepas makan sama sekolah anak, sehari bisa dapat Rp80.000 sampai Rp120.000 kalau sudah mangkal dari pagi hingga sore,” ujarnya.

Di lokasi yang sama, pengemudi ojek lainnya, Wahyu (44), mengatakan dirinya hanya mangkal sejak pagi hingga sore akibat rawannya kriminalitas di wilayah Belawan.

“Saya memang tinggal di Jalan Sicanang juga. Walau penduduk asli sini, tapi cukup bahaya jika melakukan aktivitas di malam hari,” ungkapnya.

Pria yang sudah berprofesi sebagai pengemudi ojek selama 3 tahun itu mengatakan kerap terjadi aksi kriminal pada malam hari. Jadi, ia harus mengantisipasinya.

“Kalau sudah malam, pukul 20.00 WIB aja sudah rawan di sini, ada yang jambret, main todong, dan tak segan-segan pelakunya menggunakan senjata tajam untuk melakukan aksinya,” ucap Wahyu.

Ia juga mengatakan, salah seorang rekannya sudah pernah menjadi korban penodongan oleh pecandu narkoba di wilayah Belawan.

“Belawan ini terkenal dengan kriminalitasnya, jadi sangat berbahaya ketika beraktivitas di malam hari. Kawan saya kemarin ditodong. Syukurnya berhasil kabur,” kata Wahyu.

Tak hanya masyarakat umum yang menjadi korban kriminal, Wahyu juga mengatakan sopir kendaraan bermuatan besar juga kerap dipaksa berhenti dan kemudian dijarah barang berharganya.

“Jadi kalau sudah malam truk ataupun kendaraan bermuatan besar sering diberhentikan oleh beberapa oknum. Jadi sekarang, sopir lewat Simpang Sicanang ataupun jalan lintas Belawan sudah melintas dengan kecepatan tinggi akibat aksi kriminal itu,” tuturnya. (ari/hm20)

journalist-avatar-bottomRedaktur Elfa Harahap

RELATED ARTICLES