Medan, MISTAR.ID
Banjir yang melanda Kota Medan pada Rabu (27/11/24) kemarin, selain dampak dari faktor lingkungan dan kondisi sungai, dinilai diperparah oleh kebiasaan buruk masyarakat.
Hal ini disampaikan Lutfi (26), pengamat lingkungan sekaligus ketua Yayasan Gerakan Peduli Sungai (GPS), saat ditemui Mistar di Kampung Aur, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Jum’at (29/11/24).
“Selain faktor perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem dan dapat menyebabkan berbagai potensi bencana hidrometeorologis, hal ini diperburuk dengan kondisi sungai yang tidak tertata dan kurangnya kesadaran kita dalam menjaga ekosistem sungai,” katanya.
Baca juga: Polda Sumut Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Marindal
Lutfi yang juga turun melihat kondisi banjir Kota Medan, Rabu di beberapa titik lokasi mengaku masih melihat banyaknya sampah di aliran air.
“Pada saat saya turun ke lapangan kemarin juga menemukan fenomena yang sudah sangat sering dibicarakan di berbagai forum, baik secara formal maupun non formal, sudah pasti sampah masyarakat yang ada di aliran sungai,” tegasnya.
Lutfi mengaku prihatin dengan banyaknya masyarakat masih kurang kesadaran dalam membuang sampah sembarangan.
Baca juga: BPBD Sebut Daerah ini Rawan Longsor dan Banjir di Sumut
“Mungkin masyarakat juga bisa melihat di sepanjang aliran sungai di kota Medan yang mengalami banjir, bertebaran sampah terbawa arus air yang deras. Mulai sampah ukuran kecil hingga besar terlihat di aliran air. Ini adalah satu fenomena umum yang sangat besar risikonya,” ungkapnya.
Ia menambahkan, sudah banyak sosialisasi yang dilakukan oleh yayasan maupun Pemerintah Kota Medan sendiri untuk mencegah pencemaran lingkungan.
Namun, kurangnya kesadaran masyarakat menjadi salah satu pemicu banjir yang menghambat aliran air sungai.
“Harapan saya masyarakat lebih peka terhadap lingkungan, apalagi ketika ada bencana alam seperti ini harusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak membuang sampah sembarangan apalagi di aliran sungai,” tutupnya. (ari/hm25)