Tren Gaya Hidup Aktif di Indonesia Meningkat
Tren gaya hidup aktif di Indonesia meningkat seperti lari, jalan kaki, dan bersepeda. (f:ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Dokter spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro, dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.K.Om, mengungkapkan bahwa tren gaya hidup aktif semakin digemari masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan.
Menurutnya, aktivitas seperti lari, jalan kaki, dan bersepeda kini menjadi lebih populer dibandingkan sebelumnya.
"Tahun ini terlihat peningkatan tren gaya hidup aktif. Misalnya, event lari semakin ramai, dan di Gelora Bung Karno (GBK), jumlah orang yang berolahraga atau jalan kaki juga makin banyak," ujar dr. Antonius melansir Antara, Sabtu (18/1/25).
Ia menjelaskan bahwa maraknya penggunaan media sosial dan pengaruh dari para influencer olahraga menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk menjalani gaya hidup aktif.
"Generasi muda cenderung lebih sering terpapar media sosial, sehingga mereka lebih termotivasi untuk hidup aktif. Namun, ini masih asumsi saya karena belum ada data spesifik," tambahnya.
Dr. Antonius menyoroti perlunya peningkatan fasilitas pendukung seperti trotoar yang nyaman dan aman, sebagaimana di negara maju seperti Singapura dan Eropa.
Hal ini penting untuk mendorong lebih banyak orang berjalan kaki atau bersepeda, sekaligus membantu mengurangi beban sistem kesehatan nasional, seperti BPJS, yang menghadapi tingginya biaya pengobatan penyakit kronis.
"Trotoar yang layak dan transportasi umum yang nyaman dapat membuat masyarakat lebih aktif dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti jantung dan diabetes," jelasnya.
Penelitian Universitas Stanford pada 2017 mencatat bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat aktivitas fisik terendah, di mana rata-rata penduduk hanya melangkah sebanyak 3.513 langkah per hari. Jumlah ini jauh di bawah rata-rata global yang mencapai 5.000 langkah per hari.
Faktor-faktor seperti keterbatasan trotoar, transportasi umum yang kurang memadai, dan mudahnya akses kendaraan bermotor disebut sebagai penyebab utama rendahnya aktivitas fisik masyarakat.
"Harapannya, tren gaya hidup aktif terus meningkat hingga 2025, dengan olahraga yang seimbang dan aman agar tidak sekadar menjadi tren di media sosial, melainkan benar-benar berdampak positif pada kesehatan," tutup dr. Antonius. (ant/hm25)
PREVIOUS ARTICLE
Curi Mesin Air Warga, 3 Pemuda Dibekuk Polisi dari Rumah