Vatikan Catat Sejarah, 133 Kardinal Ikut Memilih Paus Baru


Vatikan akan menggelar pemilihan Paus baru yang diikuti 133 Kardinal (f:ist/mistar)
Vatikan, MISTAR.ID
Pemilihan Paus baru atau conclave tahun ini dipastikan akan menjadi catatan bersejarah bagi Gereja Katolik. Untuk pertama kalinya, sebanyak 133 kardinal elektor akan berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, pada 7 Mei mendatang untuk memilih pemimpin tertinggi baru Gereja Katolik.
Media Vatikan, Vatican News, melaporkan bahwa jumlah ini mencatat rekor baru, meski bukan kali pertama Dewan Kardinal atau konsistori melampaui batas tradisional 120 orang.
Pada Rabu (30/4/2025), Dewan Kardinal merilis deklarasi penting yang menegaskan hak semua elektor untuk berpartisipasi sesuai Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis (UDG).
Dalam Pasal 36 disebutkan, "Para kardinal Gereja Roma Suci yang telah diangkat dan diumumkan dalam konsistori memiliki hak memilih Paus."
Selain itu, konstitusi menegaskan hanya kardinal yang diberhentikan secara kanonik atau mengundurkan diri dengan persetujuan paus yang tidak dapat ikut dalam pemilihan.
Menariknya, Dewan Kardinal menyebut bahwa ketentuan batas maksimum 120 elektor dalam UDG kini secara diam-diam dihapus oleh Paus, sehingga membuka ruang bagi lebih banyak kardinal untuk ikut serta. Sebagai catatan, UDG dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1996 untuk mempertegas aturan ini.
Sejarah Gereja mencatat, jumlah elektor sempat mencapai 134 pada konsistori tahun 1969. Sementara pada 1975, Paus Paulus VI menerbitkan Romano Pontifici Eligendo yang secara resmi membatasi jumlah maksimum elektor menjadi 120. Namun, dalam beberapa conclave terakhir, jumlah itu kerap dilampaui. Pada pemilihan 2005, misalnya, tercatat ada 183 kardinal (117 elektor dan 66 non-elektor). Sementara pada konklaf 2013, setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, ada 207 kardinal, termasuk 117 elektor.
Pemilihan kali ini berlangsung dalam suasana duka. Dunia baru saja kehilangan Paus Fransiskus, yang wafat pada 21 April lalu akibat stroke dan henti jantung, setelah dirawat selama 38 hari karena pneumonia ganda. Sosok Paus Fransiskus dikenang luas sebagai pemimpin yang rendah hati, sederhana, penuh kasih, dan membawa angin segar reformasi dalam Gereja Katolik.
Kini, dunia menanti siapakah pemimpin baru yang akan melanjutkan warisan besar itu. (cnn/hm17)