17 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Tim Medis Kanada Kewalahan Dan Kelelahan Hadapi Covid-19

Ottawa, MISTAR.ID

Selama lebih setahun menghadapi gelombang pandemi Covid-19, membuat tim medis sebagai garda terdepan di banyak negara mengaku sudah sangat kewalahan dan kelelahan akibat gelombang pandemi yang terus menerus membuat pasien berdatangan ke rumah sakit.

Seorang perawat di Ontario, Kanada, bernama Frial Faquiry begitu lelah dalam menghadapi pasien Covid-19 yang terus berdatangan. Ia yang bertugas di unit perawatan intensif menyebut kapasitas sistem kesehatan di wilayah itu akan mencapai titik puncaknya kala melawan gelombang baru Covid-19.

Perawat berusia 29 tahun di Humber River Hospital, Toronto, itu tengah merawat dua pasien berusia 60-an tahun yang menggunakan ventilator. “Kami kewalahan,” curhat Faquiry kepada media menyampaikan perasaan rekan sejawatnya yang sering mengatakan mereka merasa tak berdaya menghadapi gelombang kasus baru Covid-19.

Baca juga: Gubernur Dan Walikota Kanada Dipaksa Melawan Covid-19

Bukan hanya merasa tak berdaya, mereka juga kadang marah terutama atas respons Pemerintah Ontario yang lamban serta penduduk wilayah itu yang abai akan protokol kesehatan. “Kami begitu kurus. Kami capek dan kelelahan. Parah,” lanjutnya.

Ontario kini menjadi episentrum Covid-19 di Kanada dengan kasus didominasi oleh varian baru yang lebih ganas. Lonjakan kasus teranyar begitu besar hingga pihak pemerintah setempat mengirim militer dan Palang Merah untuk membantu merawat pasien kritis.

“Ini gelombang terburuk yang pernah saya lihat,” kata kepada perawat Kimisha Marshall. “Kami memiliki pasien baru yang lebih muda, lebih parah, dan lebih banyak lagi yang datang. Kami kekurangan perawat. Kami memiliki beberapa perawat yang tersisa, namun juga sejumlah perawat mulai sakit,” lanjutnya.

Pada akhir pekan, ada lebih dari 2.200 orang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 di provinsi berpenduduk 14 juta jiwa itu. Hampir 900 pasien berada dalam kondisi kritis. Petugas medis telah dipindahkan dari bangsal lain ke UGD untuk membantu dan pasien dipindah ke fasilitas lainnya, membantu mengurangi beban di rumah sakit Toronto ini.

Rasa lelah dan frustrasi yang sama juga muncul dari Raman Rai, kepala dari unit perawatan intensif tempat beberapa anak yang dirawat menggambar sesuatu dan ditempel di kaca sebagai ucapan terima kasih kepada perawat mereka. “Tim kami semuanya lelah,” kata Rai.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech Disetujui Di Kanada

“Kau lihat ada yang bukan hanya kehilangan seseorang yang mereka cintai, tapi kehilangan beberapa anggota keluarga mereka. Ini amatlah berat,” lanjutnya. Lebih dari 60 persen pasien di ruang UGD Humber River Hospital pada Rabu (28/4/21) dirawat karena Covid-19. Dalam sebuah ruangan, kerabat dan pendeta berkumpul di sekitar ranjang pasien sembari berdoa.

Setiap hari, beberapa pasien tambahan harus diberikan ventilator. Pada Rabu (28/4/21), seorang pria 52 tahun dengan kadar oksigen dalam darah amat rendah diintubasi oleh sebuah tim yang terdiri dari empat perawat dengan APD lengkap.

“Dia amat ketakutan, dia hampir tak bisa bernapas,” kenang Melody Baril, salah satu perawat dalam tim itu. “Kau mencoba dan memberikan mereka sedikit harapan. Namun angka kematiannya amat tinggi, begitu mencapai kondisi seperti itu,” lanjutnya.

Lebih dari 8.000 orang di Ontario meninggal dunia karena Covid-19. Angka itu merupakan sepertiga dari total kematian keseluruhan di Kanada. Angka kasus di provinsi ini naik menjadi lebih dari 450 ribu, atau sekitar 40 persen dari keseluruhan kasus Kanada.

Setelah mencapai puncak pada pertengahan April lalu, jumlah kasus infeksi harian menurun sedikit selama 10 hari terakhir dan pemberian vaksin ditingkatkan. Namun jumlah pasien di ruang gawat darurat terus bertambah.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Sebabkan Jutaan ‘Snowbird’ Kanada Tak Bisa Bermigrasi

Khawatir krisis akan berlanjut, sejumlah perawat mengatakan mereka marah dengan pemerintahan Premier Ontario, Doug Ford. Pemerintahan Ford sendiri mendapatkan badai kritikan akibat penanganan pandemi yang lamban. Namun bukan hanya kepada pemerintah, para perawat ini juga kesal dengan sebagian masyarakat yang begitu keras kepala untuk patuh mengikuti protokol kesehatan.

“Saya frustrasi,” kata perawat bernama Sarah Banani. “Saya merasa mungkin bisa ditutup lebih tegas dan cepat karena kita melihat varian baru ini menguasai dalam masyarakat. “Saya pikir kita semua merasa sedikit kecewa dengan masyarakat,”kata dokter Jamie Spiegelman, menambahkan banyak penyedia perawatan kesehatan “merasa tak berdaya untuk mengubah situasi,”

“Ketika saya pergi ke luar dan melihat jalanan, orang-orang di pusat perbelanjaan tidak menganggap penting upaya pencegahan, itulah yang mengecewakan,” kata Spiegelman. “Kami muak dengan pasien Covid-19 sekarat.” (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles