17.8 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Tak Pakai Masker, Ethiopia Ganjar 2 Tahun Penjara

Adis Ababa, MISTAR.ID

Ethiopia akan memenjarakan orang hingga dua tahun jika mereka dengan sengaja melanggar pembatasan yang bertujuan untuk mengekang penyebaran Covid-19, kata kantor jaksa agung, di tengah kekhawatiran bahwa protokol kesehatan bakal dilanggar penduduk setelah keadaan darurat dicabut.

Pembatasan tersebut melarang berjabat tangan, tidak mengenakan masker di tempat umum, menempatkan lebih dari tiga orang di satu meja atau tidak menjaga jarak minimal enam kaki.

“Sekarang seolah-olah Covid-sudah tidak ada lagi, masyarakat tidak peduli,” cuit Menteri Kesehatan Lia Tadesse pada hari Kamis (22/10/20). “Ini akan menyebabkan kemungkinan peningkatan penyebaran penyakit dan menjadi ancaman bagi bangsa.”

Baca juga: Perguruan Tinggi Ethiopia-Indonesia Tingkatkan Kerjasama

Ethiopia, negara terpadat kedua di Afrika dan pusat kekuatan regional, mengumumkan keadaan darurat pada bulan April untuk mengekang penyebaran pandemi. Peraturan itu dicabut pada bulan September. Kementerian kesehatan telah mencatat 91.118 kasus Covid-19, 1.384 kematian, dan 44.506 pemulihan sejauh ini.

Penyakit itu memuncak di sana menjelang akhir Agustus, tetapi sulit untuk mengetahui gambaran sebenarnya karena pengujian juga telah dikurangi karena sumber daya yang terbatas. Setidaknya 79 orang meninggal karena Covid-19 dalam sepekan terakhir, kata kementerian kesehatan, tetapi kurang dari 2 persen kematian yang tercatat secara resmi.

Undang-undang baru mengizinkan denda dan hukuman penjara hingga dua tahun bagi siapa pun yang melanggar peraturan, kata kantor kejaksaan agung dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya pada hari Rabu (21/10/20).

Ethiopia juga menunda pemilihan regional dan parlemen yang dijadwalkan pada Agustus karena wabah itu. Ajang itu diharapkan bisa digelar tahun depan. Wilayah Afrika sebagian besar belum mengalami gelombang besar infeksi dan kematian yang kini tengah melanda seluruh Eropa dan Amerika.

Para ahli mengatakan usia populasi yang jauh lebih muda, tindakan segera untuk menahan virus, dan populasi yang bermukim di pelosok, membantu menekan jumlah kasus. Tetapi banyak pemimpin Afrika mendesak kewaspadaan, khawatir bahwa lonjakan kasus dapat membanjiri sistem kesehatan negara yang reyot. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles