9.6 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Super Blood Moon Bersinar Di Atas Liberty Hingga WTC AS

New York, MISTAR.ID

Fenomena alam luar biasa gerhana bulan total yaitu Super Blood Moon raksasa bersinar di atas Kota New York Amerika Serikat, selama orbit tahunan terdekatnya ke bumi. Wilayah West Coast AS juga sudah menikmati pemandangan gerhana bulan.

Bulan tampak besar dan merah di langit malam di atas Manhattan saat peristiwa Super Moon bertepatan dengan gerhana bulan pada Selasa malam (25/5/21) melansir media. Gary Hershorn, jurnalis dan editor foto kontributor Getty Images berbagi hasil jepretannya di akun media sosial @GaryHershorn dari berbagai sisi di kota domisilinya. Dia berhasil mengabadikan bulan yang bersinar di atas One World Trade Center (WTC) dan Empire State Building hingga Patung Liberty.

Bulan berada pada titik terdekat dalam orbitnya dengan Bumi, muncul hingga 17 persen lebih besar, dan 30 persen lebih terang dari bulan paling redup tahun ini, menurut NASA. Fenomena yang disebut Super Moon ini terjadi ketika fase bulan purnama terjadi pada titik tertentu dalam orbit 27 hari mengelilingi Bumi, yang dikenal sebagai “perigee.” Jarak bulan dari planet Bumi ketika itu hanya 226.000 mil.

Baca juga: Besok Gerhana Bulan Total Sambangi Indonesia, Sebagian Wilayah Sumut Terlihat

NASA mencatat bahwa ‘Super Moon’ bukanlah istilah astronomi resmi tetapi biasanya menggambarkan bulan purnama yang datang dalam setidaknya 90 persen dari perigee. Akun Twitter NASA yang didedikasikan khusus untuk informasi tentang bulan, mencatat bahwa jaraknya hanya 28 diameter Bumi, dari 30 diameter dalam jarak umumnya.

Super Moon yang bertepatan dengan gerhana bulan total kali ini merupakan yang pertama dalam lebih dari dua tahun. Fenomena ini membuat bulan bersinar merah selama 14 menit, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai “Blood Moon”. Gerhana bulan total terjadi ketika Bumi berada di antara bulan dan matahari, dan bulan berada di bagian dalam bayangan Bumi, yang dikenal sebagai umbra.

Cahaya yang melewati atmosfer bumi menyebabkan bulan tampak lebih merah dan oranye tergantung pada seberapa banyak debu atau awan di atmosfer bumi. “Gerhana bulan kadang-kadang disebut “Blood Moon”, tetapi sumber sebenarnya dari warna merah (yang dihasilkan) cukup lembut.

Cahayanya dibiaskan melalui matahari yang terbit dan terbenam di Bumi,” terang NASA dalam unggahannya di Facebook. Fenomena langit langka ini juga dikenal sebagai “Flower Moon”, atau ketika bulan purnama bertepatan dengan mekarnya bunga di bulan Mei, menurut The Old Farmer’s Almanac. Gerhana bulan total berikutnya akan terjadi pada 15-16 Mei 2022, menjadikannya “Flower Blood Moon”.

Baca juga: Super Blood Moon, Banjir Rob Belawan Genangi Ribuan Rumah Warga

Gerhana terjadi pada dini pada Rabu (26/5/21) di Amerika Utara bagian barat. Orang-orang di Alaska dan Hawaii mendapatkan pemandangan terbaik. Fenomena ini juga bisa dilihat di Chile selatan dan Argentina. Sedankan “skygazer” di seluruh Australia dan Selandia Baru serta sebagian Asia Tenggara dapat melihat gerhana pada Rabu malam (26/5/21).

Ahli astrofisika Universitas Nasional Australia Brad Tucker mengatakan bayangan itu menciptakan cahaya merah jingga yang menakjubkan, yang terlihat seperti matahari terbit atau terbenam dengan fenomena yang terjadi setiap lima tahun atau lebih.(kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles