11.5 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Soal Ledakan di Beirut, Ini Penjelasan Ahli Nuklir

Beirut, MISTAR.ID
Ketika sebuah ledakan besar menciptakan awan jamur di atas Beirut, menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, komentator online dan ahli teori konspirasi dengan cepat melompat ke klaim pernyataan yang menakutkan yakni: “Sebuah bom nuklir meledak di ibu kota Libanon”.

Tetapi seperti yang dikatakan oleh pejabat negara, dan bertentangan dengan desas-desus yang menyebar cepat, ledakan itu hampir dipastikan bukan disebabkan oleh senjata nuklir.

Bahkan, sebelum pejabat Libanon mengatakan ledakan itu disebabkan oleh tumpukan besar amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang di pelabuhan, menurut The Guardian, para ahli yang mempelajari senjata nuklir dengan cepat dan dengan tegas menolak gagasan, bahwa Beirut telah dihantam dengan bom nuklir.

Kunci penolakan itu adalah video oleh warga Beirut yang berhasil merekam kejadian dari ledakan besar itu .

Baca Juga:2.750 Ton Amonium Nitrat Yang Meledak Di Libanon Disita Dari Kapal Rusia

Orang-orang merekam dari kamera di pelabuhan Beirut pada saat ledakan karena awan asap yang mengkhawatirkan naik sebelumnya. Beberapa dari video itu menunjukkan kilatan cahaya kecil dan laporan (atau suara) yang berbeda dengan kembang api.

Beberapa saat kemudian, ledakan besar yang datang dengan gelombang ledakan yang terlihat dan awan asap seperti jamur, mengguncang daerah itu dan menghancurkan bangunan di dekatnya, serta menghancurkan jendela-jendela dari jarak jauh.

Dalam sebuah tweet yang mengumpulkan ribuan Like dan Share sebelum akhirnyan dihapus, seorang pengguna menulis: “Ya Tuhan. Media Libanon mengatakan itu adalah pabrik kembang api. Bukan. Itu awan jamur. Itu atomik”.

Vipin Narang yang mempelajari proliferasi dan strategi nuklir di Massachusetts Institute of Technology, segera menolak klaim tersebut. “Aku mempelajari senjata nuklir. Itu bukan nuklir,” tweet Narang pada hari, Selasa (4/8/20).

Martin Pfeiffer seorang kandidat PhD di Universitas New Mexico yang meneliti sejarah manusia tentang senjata nuklir, juga menolak pernyataan di media sosial bahwa nuklir menyebabkan ledakan itu. “Jelas bukan nuklir,” tweet Pfeiffer yang kemudian mengatakan, itu api yang memicu bahan peledak atau bahan kimia.”

Baca Juga:Ledakan di Libanon Tewaskan 70 Orang Lebih, Israel Siap Kirim Bantuan

Pfeiffer mengindikasikan, bahwa ledakan itu tidak memiliki dua ciri dari ledakan nuklir yakni, kilatan putih menyilaukan dan ritme panas, atau gelombang panas, yang jika itu terjadi akan memulai kebakaran di seluruh wilayah dan sangat membakar kulit orang.

Ledakan itu benar-benar memicu gelombang ledakan kuat yang menghancurkan jendela-jendela di Beirut, dan itu secara singkat terlihat sebagai awan yang mengembang seperti tempurung – sesuatu yang sering terlihat dalam rekaman bersejarah peledakan nuklir.

Tetapi Pfeiffer mencatat, awan gelombang ledakan seperti itu yang dikenal oleh para peneliti senjata sebagai “Wilson Cloud”, terbentuk ketika udara lembab dikompresi dan menyebabkan air di dalamnya mengembun. Dengan kata lain, mereka tidak seunik itu untuk bom nuklir.

Kalkulasi yang dibagikan ulang di Twitter oleh Narang menunjukkan ledakan itu setara dengan sekitar 240 ton TNT, atau sekitar 10 kali lebih besar dari “ibu semua bom” militer AS atau MOAB (Mother of All Bombs). Sebaliknya, bom “anak kecil” yang dijatuhkan AS di Hiroshima pada 1945 sekitar 1.000 kali lebih kuat.

Baca Juga:WNI Jadi Korban Ledakan di Libanon

Sebagai perbandingan untuk pernyataan ledakan Beirut disebabkan oleh senjata nuklir, Pfeiffer menawarkan sebuah video yang menunjukkan ledakan roket-propelled “Davy Crockett” senjata nuklir, yang meledak dengan kekuatan setara dengan sekitar 20 ton TNT.

Davy Crockett hanya sepersepuluh sekuat ledakan Beirut, tetapi memiliki kilatan khas yang tidak terlihat dari ledakan, pada hari Selasa tersebut. Tidak ada laporan yang menunjukkan ada kejatuhan radioaktif setelah ledakan Beirut, yang akan dengan cepat terdeteksi jika itu diakibatkan oleh nuklir.

Tidak mengherankan juga untuk berpikiran apakah ledakan besar di kota padat penduduk mungkin merupakan tindakan terorisme nuklir. Faktanya, ini adalah satu dari 15 skenario bencana yang telah disimulasikan dan direncanakan oleh pemerintah AS (sampai-sampai membuat skrip untuk digunakan otoritas lokal setelah serangan semacam itu). Tetapi dalam kasus ini, tragedi Beirut sama sekali bukan nuklir.(science alert/ja/hm10)

Related Articles

Latest Articles