London, MISTAR.ID
Jumlah lowongan kerja di Inggris mencatatkan penurunan selama 29 kuartal berturut-turut, berdasarkan laporan terbaru dari Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS) yang dirilis Selasa (17/12/24).
Data menunjukkan penurunan sekitar 31.000 lowongan kerja dalam tiga bulan terakhir, menjadikan total lowongan hanya 818.000 untuk periode September hingga November 2024. Angka ini menandakan berkurangnya peluang kerja di tengah dinamika pasar tenaga kerja yang semakin menantang.
Laporan ONS juga mengungkapkan peningkatan tingkat pengangguran menjadi 4,3 persen selama periode Agustus hingga Oktober 2024, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu. Namun, tingkat ketidakaktifan ekonomi bagi warga berusia 16-64 tahun turun menjadi 21,7 persen, menunjukkan tren perbaikan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Baca juga:Â Alasan Predator Seks Asal Indonesia Dikeroyok di Penjara Inggris
Meskipun terjadi peningkatan pengangguran, pertumbuhan tahunan pendapatan karyawan menunjukkan tren positif. Pendapatan rata-rata, termasuk gaji reguler dan total gaji (termasuk bonus), meningkat sebesar 5,2 persen selama periode Agustus hingga Oktober 2024. Setelah disesuaikan dengan inflasi, pertumbuhan riil mencapai 2,2 persen.
Kenaikan ini menjadi kabar baik di tengah tekanan ekonomi, meskipun beban inflasi masih menjadi tantangan bagi banyak rumah tangga.
Di sisi lain, perselisihan ketenagakerjaan mengalami lonjakan tajam. Pada Oktober 2024, Inggris mencatat sekitar 42.000 hari kerja yang hilang akibat aksi mogok dan perselisihan terkait ketenagakerjaan.
Ketegangan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah dalam Anggaran Musim Gugur yang diumumkan pada 30 Oktober lalu. Kebijakan tersebut mencakup kenaikan 25 miliar poundsterling dalam kontribusi Asuransi Nasional pengusaha serta peningkatan upah minimum nasional. Langkah ini, meski bertujuan meningkatkan kesejahteraan pekerja, memberikan tekanan tambahan bagi pelaku bisnis. (ant/hm25)