Korut Uji Coba Rudal Antipesawat di Bawah Pengawasan Kim Jong Un


Kim Jong Un mengawasi uji coba peluncuran rudal Korut beberapa waktu lalu. (f: reuters/mistar)
Pyongyang, MISTAR.ID
Korea Utara (Korut) melakukan uji coba sistem rudal antipesawat terbaru buatannya, yang diawasi langsung oleh pemimpin Korut, Kim Jong Un.
Laporan kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA) dikutip AFP, Jumat (21/3/2025), mengklaim bahwa uji coba ini menunjukkan "respons tempur cepat" dari sistem rudal antipesawat tersebut.
Pernyataan KCNA mengenai uji coba rudal ini dirilis sehari setelah Korea Selatan (Korsel) menyelesaikan latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai "Freedom Shield" dan digelar setiap tahun. Korut selama ini mengecam latihan militer gabungan tersebut, menyebutnya sebagai latihan untuk menginvasi wilayahnya.
Kim Jong Un, menurut laporan KCNA, memuji sistem rudal antipesawat terbaru tersebut, dengan mengatakan bahwa militer Korut akan "dilengkapi dengan sistem senjata pertahanan utama lainnya yang memiliki kemampuan tempur yang luar biasa."
Baca Juga: Korea Utara Uji Coba Rudal Jelajah Strategis
Tidak disebutkan secara spesifik oleh KCNA mengenai lokasi uji coba tersebut.
Minggu lalu, Korsel melaporkan bahwa Korut menembakkan "beberapa rudal balistik tak teridentifikasi" setelah dimulainya latihan gabungan yang melibatkan tentara AS yang ditempatkan di wilayah Korsel.
Dalam pernyataan terpisah pada Kamis (20/3/2025), seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korut, yang tidak disebutkan namanya, mengkritik latihan militer gabungan AS-Korsel sebagai "tidak lebih dari sekadar latihan perang agresi."
Pyongyang sebelumnya juga melakukan uji coba peluncuran rudal jelajah strategis di Laut Kuning pada akhir Februari, yang diklaim menunjukkan "kemampuan serangan balik."
Baca Juga: Korea Utara Mau Buat Tempat Perjudian
Latihan "Freedom Shield" terbaru melibatkan latihan kolaboratif yang berfokus pada penanggulangan senjata pemusnah massal, khususnya yang terkait dengan ancaman nuklir, kimia, biologi, dan radioaktif.
Hubungan antara Korut dan Korsel berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, dengan Pyongyang meluncurkan serangkaian rudal balistik yang melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu.
Badan intelijen Seoul dan negara-negara Barat lainnya juga menyebutkan bahwa lebih dari 10.000 tentara Korut dikirim ke Rusia tahun lalu untuk membantu pasukan Ukraina di perbatasan Kursk. Laporan terbaru menyebutkan bahwa Pyongyang terus "memasok senjata, amunisi, dan dukungan militer lainnya" ke Rusia.
Seorang pembelot Korut yang kini menjadi peneliti di Institut Dunia untuk Studi Korut, Ahn Chan Il, mengatakan kepada AFP bahwa peluncuran terbaru Korut tampaknya merupakan "pengujian senjata untuk diekspor ke Rusia untuk digunakan di Ukraina." (mtr/hm24)