15.9 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Kian Memanas, Tsai Ing-wen Wanita Tangguh Pimpin Taiwan Lawan China

Beijing, MISTAR.ID

Hubungan Taiwan dengan China makin hari kian memanas. Bahkan, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memperingatkan dunia akan ada konsekuensi malapetaka jika Taiwan jatuh ke tangan China. Lalu, siapa sebenarnya Tsai Ing-wen?

“Mereka harus ingat bahwa jika Taiwan jatuh, konsekuensinya akan menjadi malapetaka bagi perdamaian kawasan dan sistem demokrasi,” ujar Tsai dalam artikel opininya di Foreign Affairs, sebagaimana dikutip media, Jumat (8/10/21).

“Ini akan menjadi sinyal bahwa tantangan akan nilai-nilai global sekarang ini, yaitu otoritarianisme, dapat mengalahkan demokrasi,” ia melanjutkan.

Baca Juga:Taiwan Siap Berperang Lawan China

Melansir Britannica, Tsai adalah presiden perempuan pertama Taiwan sejak 2016. Tsai, yang merupakan keturunan Hakka, adalah satu dari sembilan anak yang lahir dari keluarga bisnis kaya.

Tsai meraih gelar sarjana hukum (1978) dari Universitas Nasional Taiwan di Taipei. Selanjutnya, ia kuliah di Cornell University (1980) dan London School of Economics (1984), dengan masing-masing memperoleh gelar master dan doktor dalam bidang hukum.

Sebagai ahli taktik yang cerdik, Tsai menghabiskan 15 tahun sebagai negosiator perdagangan sebelum memimpin Dewan Urusan Daratan Taiwan, yang menangani masalah dengan China daratan. Ia juga menjadi ketua Partai Progresif Demokratik.

Walaupun begitu, Tsai dikenal sebagai pemimpin yang introvert. Ia menghargai privasi dan tidak suka keramaian. “Ketika saya menjadi presiden, saya tampak seperti seseorang yang agak terisolasi dan (publik) merasa ada semacam jarak antara saya dan mereka,” cerita Tsai.

Baca Juga:China Marah ke Taiwan, Kirim 24 Jet Tempur

Tak hanya itu, Tsai juga mengungkapkan penyesalannya pada awal menjabat sebagai pemimpin Taiwan. Ia menyesal tidak menghabiskan cukup waktu dengan pemilih Taiwan. “Banyak orang mengira saya agak terpisah dari mereka,” katanya.

Selama kepemimpinannya ini, Tsai menghadapi banyak cobaan. Mulai dari pandemi Covid-19, hingga tekanan dan ancaman perang Beijing, Tsai sebagai pemimpin dituntut kuat untuk menghadapi beragam cobaan itu.

Mengutip laman resmi Universitas John Hopkins, Taiwan dinilai sebagai salah satu negara yang sukses dalam pertempurannya melawan Covid-19. Sementara melansir The Diplomat, Taiwan menggandakan strategi penanganan Covid-19 seperti memakai masker, karantina, dan pelacakan kontak.

Tak hanya itu, pemerintah Taipei juga telah memberlakukan mandat menggunakan masker di transportasi umum pada April 2020. Pemerintah kemudian memperluas ini dan mewajibkan warganya memakai masker di luar rumah. Tak hanya harus mengendalikan pandemi Covid-19 di negaranya, Tsai juga berhadapan dengan ancaman China yang kian memaksa.

Baca Juga:Taiwan Beli Senjata Rp10 Triliun Hadapi China

Pemerintah China seringkali mengirimkan pesawat tempurnya ke wilayah Taiwan. Tahun lalu, jet China melakukan total 380 serangan ke zona pertahanan udara Taiwan. Dalam sembilan bulan terakhir, China juga melakukan pelanggaran atas wilayah Taiwan lebih dari 500 kali.

Kementerian Pertahanan Taiwan baru-baru ini melaporkan jumlah serbuan pesawat tempur China masuk ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ). Selama dua hari berturut-turut dari Jumat (1/10/21) hingga Sabtu (2/10/21) malam tercatat ada 77 pesawat tempur yang masuk ke ADIZ.

Meskipun Taiwan memiliki pemerintahan sendiri sejak 1949, Beijing masih memandang pulau itu sebagai provinsi pemberontak dan meningkatkan tekanan untuk bersatu kembali. “Jika Taiwan hari ini, siapa berikutnya? Negara mana pun di kawasan ini, jika tidak lagi ingin tunduk pada kehendak China, mereka akan menghadapi ancaman militer serupa,” kata Tsai. (cnn/hm12)

Related Articles

Latest Articles