18 C
New York
Friday, October 4, 2024

Kasus Bunuh Diri di Singapura Menurun

Singapura, MISTAR.ID

Tren kasus bunuh diri di Singapura dilaporkan mulai menurun pada 2023 dengan total 322 kasus, rekor terendah sejak 2000. Angka ini menurun sebanyak 32,4 persen dari 2022.

Meski begitu, kekhawatiran pemerintah setempat meningkat di tengah tren kasus bunuh diri yang masih tinggi di kalangan usia muda.

“Pada 2023, mereka yang berada di bawah 29 tahun menyumbang hampir 30 persen dari kasus bunuh diri, dengan sepertiganya berusia antara 10 hingga 19 tahun,” jelas laporan dari perwakilan Singapura, Jumat (4/10/24).

Sebuah studi Universitas Manajemen Singapura pada bulan April menemukan bahwa hanya satu dari tiga warga Singapura yang membantu seseorang ingin bunuh diri. Kemudian, 7 dari 10 responden khawatir mereka malah memperburuk keadaan.

Baca juga: Lansia di Singapura Melonjak Dua Kali Lipat

Menurut survei nasional tentang kesehatan mental kaum muda oleh Institute of Mental Health (IMH) yang dirilis 19 September 2024, menyebutkan 1 dari 3 orang berusia antara 15 dan 35 tahun di Singapura mengalami gejala depresi, kecemasan, atau stres parah dan sangat parah.

Selain stresor seperti ekspektasi akademis, hubungan sosial, dan eksplorasi identitas pribadi, kaum muda saat ini menghadapi tekanan yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya, yaitu media sosial. Platform seperti Instagram dan TikTok sering kali memperkuat perasaan tidak mampu karena kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

“Banyak yang mengukur harga diri mereka terhadap kehidupan yang dilihat secara daring, di media sosial,” kata Jared Ng, Konsultan Senior dan Direktur Medis di Connections MindHealth.

“Perundungan siber merupakan stresor lainnya,” tambahnya, dilansir dari detik.

Baca juga: Durian Diklaim Jadi Buah Singapura, Netizen: Ditanam Dimana?

Anonimitas internet, tambahnya, memungkinkan para perundung untuk melakukan bullying tanpa takut akan konsekuensi, sehingga membuat korban merasa terisolasi.

Ng menjelaskan, meskipun banyak kaum muda dapat mengatasi situasi ini dengan baik, beberapa mengalami kesulitan karena kondisi kesehatan mental yang mendasari, ketidakstabilan keluarga, atau kurangnya dukungan sosial.

“Suatu kondisi saat orang merasa terjebak, tidak dapat melihat jalan keluar. Ini adalah salah satu prediktor terkuat dari perilaku bunuh diri,” jelas Ng.

Ng juga memberikan catatan bahwa dengan bimbingan, remaja dapat mempelajari mekanisme koping.

“Intervensi dini, seperti mengajarkan keterampilan memecahkan masalah yang dapat membantu mengelola impulsivitas dan meningkatkan kesejahteraan emosional,” katanya.

Ia juga menyoroti pentingnya waspada terhadap tanda-tanda peringatan umum keinginan bunuh diri:

  • Menjauh dari keluarga, teman, dan aktivitas rutin
  • Perubahan suasana hati, seperti marah, mudah tersinggung, sedih, atau tiba-tiba tenang setelah mengalami tekanan
  • Berbicara atau menulis catatan tentang kematian, keputusasaan, atau mengucapkan selamat tinggal
  • Memberikan barang-barang pribadi atau membuat pengaturan akhir
  • Penurunan prestasi sekolah secara tiba-tiba
  • Perubahan yang tidak dapat dijelaskan dalam tidur, makan, atau kebersihan pribadi. (detik/hm20)

Related Articles

Latest Articles