20.4 C
New York
Friday, September 27, 2024

Israel Bangkrut 67 Miliar Dolar AS Akibat Perang

Jakarta, MISTAR.ID
Israel mengalami kebangkrutan akibat perang yang mereka lakukan. Kebangkrutan Israel ini mencaai 67 Milira Dolar Amerika Serikat (AS). Perang di Gaza adalah perang termahal dalam sejarah pendudukan dengan bank sentral memperkirakan total pengeluaran sebesar 250 miliar shekel (67,4 miliar dolar AS) pada tahun 2025.

“Kerugian perang, pada tahun 2025, akan mencapai NIS 250 miliar (sekitar 67,4 miliar dolar AS),” kata kepala bank sentral Amir Yaron pada konferensi ekonomi sepuluh hari lalu.

Akuntan Kementerian Keuangan Israel, Yali Rothenberg seperti dilansir Globes.Keuangan Israel sendiri telah mengalami defisit hingga mencapai 7,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada Mei selama 12 bulan terakhir. Artinya, defisit keuangan Israel naik sebesar NIS 137,7 miliar atau dari 6,9% PDB pada akhir April.

Baca juga:Wali Kota Tewas, Indonesia Kecam Serangan Israel ke Kamp Nuseirat

Target defisit fiskal sebesar 6,6% pada akhir tahun 2024 sebagaimana ditetapkan undang-undang terkait anggaran dipercaya akan sulit dicapai mengingat defisit mencapai NIS 10 miliar hanya pada bulan Mei. Meski demikian, defisit tersebut lebih tinggi mengingat adanya penundaan pembayaran pajak menjelang Paskah yang diperkirakan mencapai NIS 14,8 miliar, dibandingkan defisit sebesar NIS 4,5 miliar pada Mei 2023.

Belanja pemerintah mengalami peningkatan sebesar 35% sejak awal tahun sebesar NIS 249,3 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurut Globes, meskipun biaya perang tidak termasuk berkontribusi terhadap besarnya defisit tersebut, Israel mengalami peningkatan belanja pemerintah hingga sekitar 10,7%.

Kementerian memperkirakan defisit akan mencapai puncaknya di bulan September, yang kemudian diikuti dengan penurunan. Meski demikian, departemen anggaran mengklaim bahwa angka tersebut akan turun ke target 6,6%.

Pun demikian, Departemen Akuntan Jenderal meyakini defisit fiskal akan berakhir pada tahun 2024 di kisaran 8% PDB.

Baca juga:Spanyol Gabung dengan Afsel Soal Tuduhan Genosida Israel

“Tidak ada keraguan bahwa diperlukan lebih banyak pengeluaran, karena perekonomian membutuhkan keamanan dan keamanan membutuhkan perekonomian. Namun, penting untuk ditekankan – Anda tidak bisa melakukan pemeriksaan terbuka terhadap masalah belanja keamanan, Anda harus menemukan keseimbangan yang tepat di antara hal-hal tersebut,” tambah Amir Yaron.

“Kerugian pertahanan dan biaya sipil mencapai ratusan miliar syikal – ini merupakan beban yang berat… Premi risiko negara meningkat sementara devaluasi syikal yang berlebihan terus berlanjut, dan devaluasi tentu saja menyebabkan kenaikan harga.” (republika/hm06)

Related Articles

Latest Articles