17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

11 Negara Ini Waswas Pemerintah Afghanistan Rezim Taliban

Afghanistan, MISTAR.ID

Turki meminta negara-negara tak terburu-buru mengakui rezim Taliban sebagai pemerintah yang sah Afghanistan. Pasalnya, keberhasilan Taliban menggulingkan pemerintah Afghanistan dan kembali ke tampuk kekuasaan membuat banyak pihak khawatir.

Kekhawatiran ini muncul lantaran rezim Taliban memiliki riwayat yang buruk seperti tak mengindahkan hak asasi manusia, terutama perlindungan hak perempuan, hingga terlibat aktivitas terorisme dan terkenal memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda.

Beberapa petinggi pemerintahan baru Afghanistan versi Taliban bahkan merupakan buronan kelas kakap Biro Investigasi Federal (FBI).

Baca Juga:Sadis! Taliban Eksekusi Kakak Mantan Wapres Afghanistan, Ingin Jasadnya Membusuk

Berikut deretan 11 negara yang khawatir akan kebangkitan rezim Taliban

1. Singapura
Menteri Dalam Negeri Singapura K Shanmugam, menyatakan negaranya khawatir rezim Taliban di Afghanistan dapat membangkitkan aktivitas terorisme di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara.

Shanmugam juga menilai sebelumnya Afghanistan pernah menjadi sarang bagi teroris untuk berlatih. “Apakah itu akan terjadi lagi? Banyak orang takut akan hal itu. Saya khawatir itu akan terjadi lagi. Jadi ya, saya pikir prospek peningkatan terorisme di kawasan itu, saya pikir banyak badan keamanan dan orang-orang serius mengkhawatirkannya,” ujar Shanmugam.

2. Australia
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne juga ikut cemas dengan kebangkitan rezim Taliban di Afghanistan. Dalam kunjungannya ke Jakarta pada Jumat (10/9/21), ia menyampaikan bahwa Australia akan memperkuat kerja sama dengan Indonesia untuk menjamin Afghanistan tak lagi menjadi sarang teroris.

“Kita harus terus memperkuat kerja sama ini, kita tidak bisa membiarkan Afghanistan menjadi tempat berkembang biak atau rantai penyebaran terorisme lagi. Tidak sebagai komunitas internasional, tidak sebagai individu, bangsa, dan tidak sebagai wilayah (terorisme),” ujar Payne dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Kedutaan Australia di Jakarta dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Baca Juga:Wartawan Afghanistan Mendapat Kekerasan dari Taliban Saat Meliput Demo

3. Indonesia
Meski cukup optimis bahwa Taliban bisa berubah, Indonesia tetap khawatir akan masa depan Afghanistan di tangan kelompok itu. Sama seperti Australia, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menekankan pemerintahan baru Afghanistan harus inklusif dan berharap negara itu tak menjadi sarang teroris.

“Indonesia juga berharap Afghanistan tak dijadikan tempat pembibitan dan pelatihan organisasi dan aktivitas teroris,” ucap Retno.

Menlu RI, Retno Marsudi, dan Menlu Australia, Marise Payne, sepakat bahwa kedua negara akan menjamin Afghanistan tak akan menjadi sarang teroris lagi

4. India
India bisa dibilang salah satu negara yang paling kelimpungan dengan kebangkitan Taliban di Afghanistan. India khawatir kelompok militan Pakistan bisa meluncurkan serangan yang menargetkan negaranya dari Afghanistan.

Pakistan dikenal dekat dengan rezim Taliban, sementara Islamabad merupakan musuh bebuyutan India, terutama soal sengketa wilayah Kashmir.

5. Rusia
Rusia khawatir kemenangan Taliban akan Afghanistan dapat meningkatkan ancaman radikalisme di kawasan. Moskow juga mencemaskan gejolak yang terjadi di Afghanistan meluas sampai ke kawasan Asia Tengah. Moskow juga cemas kekacauan di Afghanistan ini bisa memicu gerakan kelompok ekstremis di negara itu dan menyusup ke Tajikistan, salah satu sekutu Rusia.

Baca Juga:Taliban Izinkan Warga Asing Tinggalkan Afghanistan

6. Iran
Berbeda dengan negara lain yang cemas akan kebangkitan terorisme dan radikalisme, Iran lebih khawatir situasi di Afghanistan saat ini akan memicu gelombang pengungsi ke negaranya. Sebab, selama dua dekade terakhir, Iran telah menampung hampir 3,5 juta warga Afghanistan yang lari dari konflik. Walaupun Iran bersebelahan dengan Afghanistan, tak pernah sekalipun mereka mengakui kekuasaan rezim Taliban yang juga pernah berkuasa 25 tahun lalu.

7. Amerika Serikat
Amerika Serikat bisa dibilang menjadi negara yang paling tidak suka dengan kebangkitan Taliban di Afghanistan. Sebab, salah satu tujuan invasi AS ke Afghanistan selama dua dekade adalah untuk menggulingkan rezim Taliban.

Namun, keputusan AS untuk menghentikan pendudukannya di Afghanistan malah memicu kebangkitan Taliban hingga dapat menggulingkan pemerintah negara Asia Selatan itu dan kembali berkuasa.

AS menekankan keprihatinan atas susunan kabinet baru Afghanistan era Taliban. AS menilai nama-nama tersebut tidak mencerminkan janji Taliban akan pemerintahan yang inklusif dan menjaga hak perempuan. “Kami mencatat daftar nama yang diumumkan secara eksklusif, terdiri dari individu yang menjadi anggota Taliban atau rekan dekat mereka dan tak ada perempuan,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS.

Baca Juga:Perempuan Afghanistan Makin Terkekang, Dipaksa Nikah Demi Evakuasi

8. Jerman
Sama seperti AS, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyampaikan bahwa ia khawatir akan tatanan kepemimpinan Afghanistan saat ini. Ia menyoroti pemerintahan Taliban yang tidak memuat perempuan di dalamnya.

Maas juga menyayangkan kabinet itu terisi dengan hanya para petinggi Taliban tanpa ada perwakilan dari kelompok dan golongan lain di Afghanistan, seperti janji kelompok itu ketika mengklaim berkuasa lagi. “Pemerintah transisi yang tidak menyertakan kelompok lain bukanlah sinyal untuk lebih banyak kerja sama dan stabilitas internasional di negara ini,” ujar Maas.

9. Prancis
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian secara tegas menyatakan pihaknya ogah berhubungan dengan pemerintah Afghanistan di bawah rezim Taliban. Mereka menilai Taliban telah melakukan banyak kebohongan mulai janji membiarkan evakuasi warga asing hingga pemerintahan inklusif.

“Mereka mengatakan bakal membiarkan beberapa orang asing dan orang Afghanistan meninggalkan Afghanistan serta bicara soal pemerintahan inklusif dan representatif, tapi mereka berbohong,” ujar Le Drian seperti dikutip media, Minggu (12/9/21).

Baca Juga:Prancis Tolak Berhubungan dengan Taliban

10. Uni Eropa
Uni Eropa menilai kabinet Taliban saat ini tidak memenuhi janji yang disampaikan kelompok itu sebelumnya. Pihak Uni Eropa merasa para pemegang kuasa Afghanistan saat ini tidak memunculkan keberagaman etnis dan perempuan.

Seorang pejabat eksekutif senior Uni Eropa menyatakan kekhawatirannya lantaran beberapa petinggi Afghanistan di rezim Taliban saat ini dekat dengan kelompok teroris masa lalu dan ada yang menjadi buronan AS. “Ini tidak terlihat seperti formasi inklusif dan representatif dalam hal keragaman etnis dan agama yang kami harapkan di Afghanistan, dan yang Taliban janjikan selama beberapa minggu terakhir,” kata juru bicara Uni Eropa Peter Stano.

11. Turki
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan akan mengikuti perkembangan dengan cermat, usai Taliban mengumumkan pemerintahan baru Afghanistan. “Seperti yang Anda ketahui sekarang, sulit untuk menyebutnya permanen, tetapi kabinet sementara telah diumumkan,” ujar Erdogan kepada para wartawan, dikutip dari AFP.

Baca Juga:Rusia Diminta Taliban untuk Kelola Sumber Daya Alam Afghanistan

Erdogan mengaku tak bisa memprediksi berapa lama pemerintahan baru Afghanistan akan bertahan. “Kami tak tahu berapa lama kabinet sementara ini akan bertahan. Tugas kami sekarang adalah mengikuti proses ini dengan hati-hati,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menyerukan agar pihak internasional tak terburu-buru mengakui legitimasi Taliban. “Tak perlu buru-buru. Ini saran kami untuk seluruh dunia. Kita harus bertindak bersama dengan komunitas internasional,” katanya. (cnn/hm12)

Related Articles

Latest Articles