Sunday, April 20, 2025
home_banner_first
HIBURAN

Film “Yuni” dan Gaung Perenungan Tentang Apa Itu Jadi Perempuan

journalist-avatar-top
Sabtu, 11 Desember 2021 16.08
film_yuni_dan_gaung_perenungan_tentang_apa_itu_jadi_perempuan

film yuni dan gaung perenungan tentang apa itu jadi perempuan

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID
Film “Yuni” menyentil kita kembali pada perenungan dan pertanyaan mengenai definisi perempuan sebagaimana kata-kata yang dilontarkan Simone de Beauvoir pada abad ke-20: “Seseorang tidak dilahirkan sebagai perempuan, tetapi menjadi perempuan. (One is not born a woman, but becomes one).”

Pertanyaan tentang apa itu “menjadi” perempuan rupanya masih menjadi keresahan hingga masa sekarang. Pendefinisian perempuan yang acapkali dilekatkan dengan “kodrat dapur kasur sumur”, entah bagaimana masih saja langgeng dalam masyarakat sosial. Padahal, definisi itu sesungguhnya bentuk pengekangan pada diri dan tubuh perempuan.

Permasalahan yang dihadapi Yuni (diperankan oleh Arawinda Kirana) serta “Yuni-Yuni” yang lain di dalam film ini begitu nyata dan dekat sehingga setidaknya mampu menampar kita yang pernah menelan realita pil pahit itu.

Baca Juga:Film ‘YUNI’ Karya Sutradara Kamila Andini Raih Penghargaan Platform Prize Toronto International Film Festival

Bagi orang-orang dengan privilese tertentu, barangkali memilih antara melanjutkan pendidikan atau menikah bukanlah masalah besar. Tetapi bagi Yuni yang hidup dan tumbuh di dalam kultur patriarki yang kental, ditambah tengah berada dalam fase kebingungan usia remaja, membuat keputusan terkait dua hal tersebut bukan perkara mudah.

Kebingungan khas remaja terepresentasi jelas dari bagaimana Yuni berkali-kali bertanya dan meminta pendapat orang tuanya terkait dua pilihan yang akan berdampak besar pada masa depannya.

Hati kecil Yuni sesungguhnya menolak konsep pernikahan muda tanpa kematangan, tetapi ia sulit untuk menghindari tekanan lingkungan di sekitarnya yang mengamini “kodrat dapur kasur sumur” dan mitos pada diri perempuan.

Baca Juga:Yuni Shara Nobar dengan Anak Sembari Edukasi Seks

Dengan mata lensa yang jujur tanpa mengelak, film ini turut merangkum bagaimana Yuni secara perlahan-lahan belajar tentang “menjadi” perempuan melalui pengalaman Tika (Anne Yasmine), seorang teman sebayanya yang baru saja melahirkan anak tetapi dihadapkan pada sikap ketidakpedulian suaminya dan realita keterbatasan ekonomi keluarga.

Yuni juga belajar melalui pengalaman Suci (Asmara Abigail), seorang perempuan muda yang menyandang status janda dan pernah mengalami keguguran kandungan saat hamil di usia remaja, tetapi akhirnya mencoba untuk menjalani hidup dengan berdaya dan penuh semangat.

Pertanyaan tentang apa itu “menjadi” perempuan sesungguhnya tidak berhenti pada definisi perempuan dalam konteks jenis kelamin. Oleh sebab menjadi perempuan telah dikonstruksi oleh kultur dan sosial, ia mampu berkembang dalam diskursus yang menjadi satu-kesatuan, yakni gender dan seksualitas.(antara/hm10)

REPORTER:

RELATED ARTICLES