18.6 C
New York
Thursday, September 26, 2024

Petani Padi di Toba Keluhkan Besarnya Biaya Pengolahan dan Panen

Toba, MISTAR.ID

Petani padi di Kabupaten Toba khususnya Kecamatan Porsea harus menahan nafas dan harus mengikat pinggang sekencang-kencangnya karena tingginya biaya mulai dari pengolahan, penanaman, pemupukan dan pemanenan.

Masyarakat Porsea yang mayoritas sebagai petani padi mengeluhkan harga gabah padi kering habis panen saat ini yang dihargai Rp6.530 per Kg. Jika dihitung dalam kaleng dimana satu kaleng beratnya 11,5 Kg dihargai Rp75.000, angka tidak sebanding keuntungannya mulai dari pengolahan hingga panen.

Salah seorang petani di Desa Patane I, Kecamatan Porsea, Yenti Silaban mengatakan, dengan harga Rp75.000 per kalengnya keuntungan yang didapat petani sudah sangat minim. Tetapi jika di harga Rp100.000 per kalengnya dapat dikatakan masih ada tinggal untuk petani.

“Bisa saja dengan harga Rp75.000 per kalengnya keuntungan sedikit bertambah didapat petani jika pembayaran persenan untuk pekerja pemanen dari 13 hingga 14 persen diturunkan menjadi 8 sampai 10 persen dari hasil seluruh panen,” ujarnya.

Baca Juga : Irigasi Tak Kunjung Diperbaiki, Petani Padi Sigobar Terpaksa Beralih ke Jagung

Diterangkannya, bila seorang petani dari lahannya menghasilkan 100 kaleng padi, maka untuk pekerja panen dikali 14 persen menjadi 14 kaleng dan sisa untuk pemilik 86 kaleng. Belum lagi biaya pengolahan, pemupukan dan terparah bila petani menyewa lahan, lebih akrab disebut mamola pinang dari seratus kaleng dibagi 3.

“Bila dikalkulasikan pendapatan petani untuk sekali panen yang ditunggu selama enam bulan saat panen raya bulan Juni dan Juli sekitar 30 persen. Hasil inilah yang dimanfaatkan oleh kami (petani) untuk tanam berikutnya di bulan Januari dan Februari dalam biaya hidup. Selain dibantu budidaya ikan yang kami lakukan setelah panen padi dan bisa panen ikan di bulan Desember,” tandas Yenti.

Masyarakat setempat menyampaikan sesungguhnya Pemerintah Toba melalui Dinas Pertanian dapat memecahkan solusi tersebut dengan memberikan fasilitas alat pemanen atau menyewakannya kepada petani. Karena setau mereka Dinas Pertanian memiliki alat super combine untuk pemanen padi sehingga meringankan beban petani.

Menanggapi keluhan petani, Plt Kepala Dinas Pertanian Toba, Joni Hutajulu mengaku sampai saat ini tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun dia tidak menampik bahwa dinas memiliki alat pemanen modern super combine, tetapi tidak dapat difungsikan sebab dalam keadaan rusak.

“Sesungguhnya kita sangat peduli dengan petani di Toba. Sayangnya saya baru dua bulan setengah menjabat sebagai Plt Kadis, jadi bisa dikatakan saya masuk saat dalam kondisi terburuk,” ujar Joni, Rabu (26/6/24).

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles