Diskop UKM: Pengembangan UMKM Harus Diawali Penyelesaian Masalah Fundamental


Kepala Diskop UKM Provinsi Sumut, Naslindo Sirait saat diwawancarai. (f:amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyebut pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus menyelesaikan permasalahan fundamental dulu.
"Mengembangkan UMKM harus dilihat permasalahan mereka dan tantangan yang harus dihadapi, tidak bisa langsung memperbaiki," kata Kepala Diskop UMK Sumut, Naslindo Sirait kepada Mistar di Kantor Dinas Koperasi dan UKM Sumut, Jalan Jenderal Gatot Subroto KM 5.5 No. 218, Cinta Damai, Kecamatan Medan Helvetia, Selasa (25/2/2025).
Dikatakannya, permasalahan fundamental di UMKM yang selama ini dikira modal ternyata adalah Sumber Daya Manusia (SDM).
"SDM yang utama, karena modal sudah tersedia. Untuk mengakses modal, perlu SDM yang punya ketekunan, giat, mampu berkomunikasi, dan mampu membuat sebuah proposal bisnis," tuturnya.
Naslindo mengatakan Diskop UKM akan melatih dan memfasilitasi SDM agar memiliki pola pikir wirausaha.
"Pola pikir ini growth mindset (pola pikir berkembang), pelaku usaha ingin situasinya berubah dan tidak menginginkan berada di keadaan yang sama. Melihat orang lain sukses, dia juga merasa harus sukses, maka itu yang disebut growth mindset," ujarnya.
Saat ini, lanjut Naslindo, UMKM di Sumut kebanyakan sudah fixed mindset dan belum memiliki growth mindset.
"Begitu ada tantangan mereka berhenti berusaha. Mereka membuka usaha, tapi baru sebentar sudah tutup dan rugi besar. Karena itu, semangat berwirausaha perlu ditanamkan," tuturnya.
Masalah fundamental kedua tentang SDM, adalah keterampilan, termasuk bagaimana melakukan produksi dengan baik.
"Misalnya batik, di Jawa jahitannya lebih rapi dan motifnya beragam serta rumit. Hal seperti itu yang perlu dilatih dari sisi produksi," katanya.
Menurutnya, banyak usaha yang belum melakukan pembukuan yang baik dan benar, sehingga tidak bisa menyelesaikan soal permodalan.
"Dia ke perbankan akan kesulitan, karena tidak bisa menceritakan berapa pendapatannya yang tercatat resmi. Lalu berapa labanya, ketika laba jelas, saya pikir investor perbankan dan pembiayaan dari mana pun mau mendanai usaha itu," ucapnya.
Naslindo menyampaikan target Diskop UKM tahun ini adalah mendorong pemuda dan UMKM yang sudah ada untuk memiliki mindset pengusaha.
"Melengkapi dengan berbagai pengetahuan, termasuk bagaimana memproduksi dan manajemen usaha," ujarnya.
Permasalahan lain adalah pasar, sekarang jangkauannya sangat luas, dengan aplikasi sudah bisa melakukan ekspor.
"Sekarang, tidak perlu menunggu UMKM besar baru bisa lakukan ekspor. Yang kecil dan menengah juga bisa melakukan, melalui aplikasi," tuturnya.
Diskop UKM melatih SDM untuk bisa mempromosikan produknya di platform yang ada, yakni bagaimana beriklan yang efektif dan menyampaikan dengan cara yang baik.
"Diajarkan juga branding produk, sehingga akan punya identitas yang unik. Kami memiliki layanan untuk membranding dan membuat kemasan lebih baik dan menarik," katanya.
Jika dari sisi produksi, manajemen, pasar, serta bisa membranding produk dengan baik, Naslindo yakin produk akan diterima di pasar.
"Setelahnya, modal dari perbankan dan investor dapat ikut mendukung investasi di usaha yang digeluti UMKM kita," ucapnya. (amita/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Intip Penemuan Kasus TB Dinkes Kota Medan