18.5 C
New York
Saturday, September 28, 2024

Di Tengah Krisis Ekonomi, Usaha Reparasi Shock Mobil Masih Menjanjikan

Medan, MISTAR.ID

Kebutuhan suku cadang kendaraan terus meningkat. Di tengah krisis ekonomi dan permintaan yang meningkat, pemilik kendaraan terkadang harus merogoh kocek cukup dalam untuk mengganti spare parts (suku cadang) kendaraannya.

Sejumlah pemilik yang hanya memiliki cadangan keuangan pas-pasan pun harus mencari alternatif agar tetap bisa mengganti suku cadang kendaraannya. Kondisi ini menjadi inspirasi bagi T Simbolon (63) dalam membangun usaha reparasi shock breaker (peredam kejut) mobil.

Keahliannya dalam memahami kerusakan suku cadang tersebut menjadi kunci kesuksesan dalam membangun usahanya. Menurut Simbolon, selagi kendaraan mobil masih beroperasi di Indonesia, reparasi shock akan tetap bersaing.

Namun, harga peralatan kerja yang mahal menjadi kendala agar usahanya lebih berkembang.

“Selagi masih ada mobil, sehebat apapun alat-alat digital saat ini, usaha ini tidak akan mati. Karena yang dibutuhkan skill bukan yang lain,” ujarnya saat ditemui di Jalan Setiabudi, No 444, Tanjung Sari, Medan Selayang, Selasa (4/6/24).

Baca Juga : Istri Hamil jadi Ide Usaha, Syurga Kurma Semakin Sukses Berkah Musim Haji

Simbolon menuturkan, usaha Total Car Spring miliknya kini sudah menginjak usia 9 tahun di Kota Medan. Sebelumnya dia menggeluti usaha reparasi shock mobil dari tahun 1984 di Jakarta. Karena berbagai alasan, ia pun harus kembali ke kampung halamannya di Kota Medan.

“Dulu di Jakarta kita sudah dikenal banyak orang. Cuma, namanya bukan Total Car Spring. Nah sekarang di Medan belum banyak yang khusus reparasi shock,” tuturnya.

Simbolon mengatakan, usahanya di Medan saat ini cukup berkembang. Selain karena belum banyak usaha yang serupa, kinerja terbaik selalu diterapkan di Total Car Spring. “Selain masih langka, kita juga berani memberi garansi minimal satu tahun untuk konsumen,” lanjutnya.

Total Car Spring bisa melayani reparasi shock mobil tahun rendah hingga tahun tinggi. Garansi yang diberikan tergantung tingkat kerusakan mobil tersebut. “Kalau kita istilahkan, kalau penyakitnya sudah stadium empat, ngapain kita perbaiki. Lebih baik kita ganti baru. Kita beri pengertian pada konsumen, biar konsumen yang memutuskan,” lanjutnya.

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles