16.8 C
New York
Thursday, May 16, 2024

BI Naikin Suku Bunga Acuan, Mata Uang Rupiah Menguat

Medan, MISTAR.ID

Kinerja mata uang Rupiah pada sesi perdagangan menjelang siang sempat terpuruk hingga dekati level 15.850 per US Dolar.

Akan tetapi, mata uang Rupiah mampu mengurangi kerugiannya, setelah Bank Indonesia menaikkan besaran bunga acuan (BI 7 DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6%.

“Sempat dibuka melemah, tapi sore ini Rupiah ditutup di level 15.810 per US Dolar. Kebijakan BI ini memperlebar jarak antara BI 7 days Repo Rate dengan bunga acuan Bank Sentral AS,” kata Analis Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, pada Kamis (19/10/23).

Baca juga: Inflasi AS Relatif Panas, Nilai Rupiah Justru Menguat

Menurut Gunawan, kebijakan BI memang mampu meredam tekanan pada mata uang Rupiah. Akan tetapi seperti yang diprediksikan di awal, sekalipun BI menaikkan besaran bunga acuannya bukan berarti Rupiah tidak akan melemah terhadap US Dolar.

Karena pokok permasalahan pelemahan mata uang Rupiah ada pada rencana kenaikan bunga acuan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, kenaikan harga minyak mentah belakangan ini seiring meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah memunculkan kekhawatiran, bahwa inflasi maupun suku bunga acuan global akan merangkak lebih tinggi lagi.

Baca juga: Awal Minggu Ini Nilai Rupiah Menurun 0,3 Persen per Dolar AS

Dan eskalasi konflik yang dikhawatirkan akan meluas juga memberikan dampak serius pada kemungkinan gangguan keamanan yang bisa memicu terjadinya tekanan pada mata uang.

Sementara itu, kinerja pasar saham sedikit berbeda pola pergerakannya dibandingkan Rupiah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sesi kedua hingga penutupan justru mengalami pelemahan.

IHSG ditutup turun 1.18% di level 6.846,43. Kinerja IHSG terpuruk beriringan dengan memburuknya kinerja bursa di Asia. Data pertumbuhan ekonomi China tidak mampu memulihkan kinerja pasar saham di kawasan Asia termasuk IHSG.

Baca juga: Rupiah Kembali Melemah Jadi Rp15.600 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

“Pelaku pasar saham juga tengah menanti bagaimana testimony Gubernur Bank Sentral AS malam ini. Pelaku pasar masih sangat pesimis, dimana konflik di timur tengah akan lebih menebar ancaman kenaikan laju tekanan inflasi kedepan. Pasar sudah tidak lagi hanya akan menjadikan testimoni Gubernur The FED sebagai acuan, namun situasi yang memungkinkan kenaikan harga minyak mentah juga akan menjadi pertimbangan dalam investasi,” terang Gunawan.

Sementara itu, tidak seperti biasanya, dimana saat ada kemungkinan kenaikan bunga acuan harga emas selalu mengalami pelemahan. Harga emas belakangan ini masih berada dalam tren menguat. Harga emas benar-benar diuntungkan dengan konflik Timur Tengah.

“Harga emas pada perdagangan sore ini ditransaksikan menguat di level $1.950 per ons troy nya,” tukas Gunawan. (anita/hm16)

Related Articles

Latest Articles