Khawatir Mental Siswa Terganggu, Orang Tua Minta Pendampingan Psikologis
![journalist-avatar-top](/_next/image?url=%2Fimages%2Fdefault-avatar.png&w=64&q=75)
![khawatir_mental_siswa_terganggu_orang_tua_minta_pendampingan_psikologis](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.id%2Fuploads%2FMISTAR%2F13-02-2025%2Fkhawatir_mental_siswa_terganggu_orang_tua_minta_pendampingan_psikologis_2025-02-13_15-48-19_4336.jpg&w=1920&q=75)
Orang tua siswa, Oktavia Situmorang (kiri) saat aksi unjuk rasa di depan sekolah SMKN 10 Medan kemarin. (f:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Orang tua siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 10 Medan, Oktavia Situmorang meminta agar semua murid diberikan pendampingan psikologis.
Hal ini menurutnya penting terutama setelah adanya temuan di lapangan, bahwa para siswa merasa diintimidasi beberapa guru dan murid lainnya, baik secara verbal maupun non verbal.
“Dan ini sangat berpengaruh kepada mental dan semangat anak-anak dalam belajar. Kadang ke sekolah juga mereka menjadi takut,” katanya melalui pesan suara kepada Mistar.id, Kamis (13/2/25).
Ia menambahkan, kehadiran psikolog akan membantu mengatasi kesulitan mental dan emosional siswa. Serta menjembatani dan menghadirkan kembali suasana harmonis antara guru dan siswa.
“Artinya sebagai guru dan siswa, sebagaimana orang tua dan anak. Karena anak-anak ini sudah kami titipkan ke sekolah, kepada guru-guru. Jadi kami harapkan guru di sini bisa mengayomi anak-anak ini,” tuturnya.
“Untuk itu kami mohon agar tidak ada lagi rasa tersinggung, sakit hati dan juga intimidasi dari guru kepada siswa, dan siswa juga bisa kembali lagi merasa dekat kepada guru-guru. Sehingga bisa tercapai tujuan dari pendidikan di sekolah ini,” ujarnya menambahkan.
Selain itu, kehadiran psikolog ini diharapkan Oktavia juga dapat membantu pemulihan setiap siswa yang merasa malu dan ketakutan seperti anaknya.
“Aku pun terkejut di bilangnya(anaknya), kenapa harus mama yang maju, karena kalau begini viral, saya kena bully dari teman-teman dan juga guru,” ucapnya.
Kekhawatirannya memuncak saat anak pertamanya itu melontarkan perkataan ingin bunuh diri atas viralnya kejadian ini.
“Kalau kayak gini aku bunuh diri aja lah ma, katanya. Makanya saya bilang, janganlah seperti itu. Kita berjuang untuk semua. Kita memperjuangkan hak kita. Kebenaran yang kita suarakan,” ujar ibu lima anak itu.
Oktavia berharap, melalui kehadiran psikolog di sekolah nantinya membuka wawasan siswa supaya tidak lagi takut dan memiliki semangat dalam mempersiapkan ujian yang akan datang. (susan/hm25)
PREVIOUS ARTICLE
Masyarakat Medan Antusias Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Gratis![journalist-avatar-bottom](/_next/image?url=%2Fimages%2Fdefault-avatar.png&w=256&q=75)