Menlu AS dan Singapura Kurang Yakin dengan Kondisi Myanmar Pasca Kudeta Militer
menlu as dan singapura kurang yakin dengan kondisi myanmar pasca kudeta militer
Naypyidaw, MISTAR.ID
Situasi di negara Myanmar yang sedang mengalami krisis politik sejak kudeta militer tahun 2021 lalu menimbulkan rasa kurang yakin dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat AS), Anthony Blinken maupun Menlu Singapura, Vivian Balakrishnan.
Keduanya menyatakan rasa pesimistis atas situasi di negeri Seribu Pagoda itu, Jumat (16/6/23).
Dilansir dari transkrip resmi Departemen Luar Negeri AS, Balakrishnan mengatakan, pihaknya mendukung rekonsiliasi dan lebih banyak dialog. Juga ingin memastikan tingkat kekerasan turun di Myanmar.
Baca juga: Viral Video 2 Warga Medan Ngaku Disiksa di Myanmar, DPRD Medan Desak Pemerintah Ambil Langkah
“Singapura menilai, semua harus memastikan senjata atau alat-alat dan teknologi yang dapat digunakan untuk membahayakan dan melukai warga sipil itu dilarang,” paparnya.
Dirinya mengakui, tidak ada kemajuan dari junta Myanmar untuk melaksanakan rencana perdamaian yang tertuang dalam Konsensus Lima Poin. Balakrishnan menilai, itu bukan berarti ASEAN harus kembali melibatkan junta Myanmar dalam pertemuan tingkat tinggi maupun menteri organisasi tersebut.
Menurutnya, Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun 2023 telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk duduk bersama dan negosiasi terkait kondisi di Myanmar.
Baca juga: Diterjang Badai Mocha, 17 Juta Warga di Myanmar Butuh Bantuan
Sementara itu, Blinken mengatakan, pihaknya akan mendukung upaya ASEAN mencapai resolusi yang dapat mengakhiri kekerasan di Myanmar dan mengembalikan negara itu ke jalur demokrasi.
“Penting bagi kita semua untuk melanjutkan dan mempertahankan tekanan yang layak terhadap junta. Juga mencari cara melibatkan oposisi di Myanmar,” ucap Blinken.
Sejak kudeta militer 1 Februari 2021 dipimpin Jenderal Senior Min Aung Hlaing, telah melakukan kampanye kekerasan dan penindasan yang kejam terhadap rakyat Myanmar.
Baca juga: Badai Siklon Mocha Terjang Bangladesh dan Myanmar, Lebih 400 Orang Tewas
Bahkan telah membunuh hampir 2.000 orang warga sipil, menahan 14.000 orang dan 700.000 orang harus mengungsi.
Selain itu, 382 orang anak telah dibunuh atau terluka oleh kelompok bersenjata. Serangan Tatmadaw sebutan militer Myanmar terhadap penduduk sipil juga menyebabkan 250.000 anak mengungsi sejak kudeta itu terjadi. (tempo/hm16)