15.7 C
New York
Sunday, May 5, 2024

STTC Topang Ekonomi Siantar Sebesar 16 Persen

Pematangsiantar, MISTAR.ID

PT Sumatra Tobacco Trading Company (PT STTC) sebesar 16 persen perekonomian Kota Pematangsiantar. Hal ini disampaikan Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Dr Naslindo Sirait sebagai narasumber dalam Seminar Nasional yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di aula Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar. Kamis (2/6/22).

“Melihat kondisi perekonomian kita, tahun lalu kita tumbuh 2,61. Ekonomi kita selalu tumbuh, rata-rata itu 5,12. Di triwulan pertama kemarin, kita sudah di 3,9. Artinya apa, artinya perekonomian Sumatera Utara belum sepenuhnya pulih,” ungkap Naslindo dalam seminar yang digelar ISEI dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional dengan topik ‘Peningkatan Daya Saing Ekonomi Daerah dan Reformasi Birokrasi’.

“Sektor pertanian dan industri pengolahan baru mulai pulih, masih ada yang mengalami kontraksi, yaitu sektor transportasi dan pergudangan, masih minus. Dan juga penyediaan akomodasi dan makan minum. Kita berharap nanti di triwulan kedua ini sudah mulai positif,” sambung Naslindo yang menegaskan perkembangan dalam hal penanganan penyebaran Covid-19 di Sumatera Utara masih bisa dikendalikan.

Baca juga:UMKM dan PKL Diajak Bantu Pulihkan Ekonomi Siantar Melalui Pasar Rakyat

Dalam seminar yang juga menghadirkan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Mudrajad Kuncoro MBA, dan dihadiri Plt Wali Kota Pematangsiantar dr Susanti Dewayani SpA bersama Kepala Kantor Bank Indonesia Pematangsiantar Teuku Munandar serta Ketua Panitia Seminar Toga Sehat Sihite tersebut, Naslindo menyampaikan bahwa hal yang menarik adalah, jasa keuangan dan asuransi yang sudah mengalami ekspansi, bahkan tumbuh dari tahun-tahun sebelumnya.

“Jadi ada yang masih mengalami kontraksi, ada yang belum pulih, dan ada yang sudah mulai pulih. Yang sama sekali pulih itu baru pengadaan listrik dan air, juga mengenai informasi dan komunikasi. Itu artinya, angka (pertumbuhan) 2,61 seharusnya kita tumbuh di 5 persen, kita harus bekerja keras. Semua stakeholder pelaku usaha, pemerintah, harus bekerja keras supaya kita bisa tumbuh di atas rata-rata yang sebesar 5,12 persen,” tuturnya.

Selanjutnya berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Naslindo menyampaikan bahwa apabila Kota Pematangsiantar dibandingkan dengan sesama kota yang ada di Sumatera Utara, perekonomian Kota Pematangsiantar itu tumbuh paling rendah sebesar 1,2 persen. “Ini perlu menjadi catatan kita. Sementara yang lainnya tumbuh 2,1 bahkan seperti Tebing Tinggi 2,51. Padahal kalau kita Tebing Tinggi dengan Siantar, harusnya kita ini yang tumbuhnya lebih tinggi,” tukasnya.

“Dan kalau kita lihat rata-rata selama 5 tahun itu, Siantar juga rendah 2,69. Secara provinsi di tingkat kota, itu sudah di 3,53 Siantar hanya 2,63. Lalu pertanyaannya, ada apa. Apa yang salah, apa yang perlu harus dibenahi, apa yang perlu harus digenjot, yang perlu dipersiapkan. Jadi kita dengan Sibolga kalah, dengan Tanjung Balai kalah, Tebing Tinggi kalah. Padahal, harusnya kita lebih tinggi. Terimakasih disini ada Bu Wali, jadi ini nanti bisa diintroduce ke OPD-nya,” sambungnya.

Lebih lanjut Naslindo membeberkan struktur perekonomian Kota Pematangsiantar, dimana struktur ekonomi yang paling tinggi itu adalah perdagangan besar, sekitar 25,67 persen. Naslindo menduga hal itu terjadi karena ada daerah seperti Kabupaten Simalungun, Batubara, Toba dan Kabupaten Samosir yang masih berdagang di Kota Pematangsiantar.

“Tapi ini juga harus diperhatikan, saya kuatir, kalau tol sudah jalan ke medan bisa (ditempuh) tempo dalam satu jam, saya kuatir mereka akan belanja ke medan, tidak lagi ke sini. Jadi ini penting, bagaimana mengantisipasi hal-hal eksternal begini,” tegas Naslindo yang kemudian mengungkapkan bahwa struktur ekonomi paling tinggi kedua adalah Industri Pengolahan yang sebesar sekitar 22,93 persen.

Baca juga:Siantar PPKM Level 4, Sentral Kegiatan Ekonomi Masyarakat akan Dipatroli

“Yang kedua adalah industri pengolahan 22,93 persen dan akomodasi makanan 5,1. Pertaniannya sangat kecil, itu wajar. Yang menarik di industri pengolahan ini, ternyata dari 22,93 itu paling besarnya dari industri tembakau 76 persen, itu sudah pasti STTC. Jadi ekonomi siantar itu ditopang oleh 16 persen dari STTC. Jadi kalau STTC itu mengalami gangguan produksi, sudah pasti ekonomi siantar itu juga akan mengalami penurunan,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Naslindo juga menyinggung soal Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Ia bercerita mengenai sepatunya yang dulunya Kickers, kini menjadi sepatu buatan Sukaramai Kota Medan. “Munafik rasanya saya bangga buatan indonesia tapi saya tidak pakai. Harganya murah tapi kualitasnya bagus dan nyaman dipakai,” ujarnya.

Saat itu juga Naslindo menegaskan bahwa apabila tidak ingin ketinggalan, bisnis harus di digitalisasi. Naslindo juga menyampaikan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian. “Kalau UMKM kita ini mau bagus, harus membimbing, kita fasilitasi sehingga merekalah yang akan berkontribusi positif bagi perekonomian Kota pematangsiantar,” tutupnya. (ferry/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles