28.3 C
New York
Sunday, June 23, 2024

Wisudawan ITB Termuda Itu Bernama Zizi, Masih Berusia 19 Tahun

Bandung, MISTAR.ID

Zivanka Nafisa Wongkaren atau biasa disapa Zizi merupakan gadis yang cukup kompetitif. Dia selalu menanamkan di pikirannya, bila temannya bisa, dia pun bisa. Hal ini memacu dia untuk menyelesaikan perkuliahan tepat waktu, meski awalnya dia sempat terkejut dengan dinamika perkuliahan di Program Studi Internasional Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dirasa cukup berat.

Zizi tidak percaya diri sekaligus kagum dengan kepandaian teman-teman sekelasnya atau yang disebut impostor syndrome. Namun, sejak semester 5 ia mulai terbiasa dengan beban kuliah dan dapat mengatur aktivitasnya.

Dia juga belajar untuk fokus membandingkan diri sendiri dengan dirinya di masa lalu alih-alih dengan orang lain.

“Aku mau mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menjadi peneliti. Saat menerima materi, aku mengenyahkan pikiran jika mata kuliah yang dipelajari susah. Aku ubah mindset-nya jika teori di mata kuliah itu bisa diimplementasikan saat aku membuat robot. Aku jadi lebih fokus mengasah skill, bukan semata mencari nilai,” kata Zizi dikutip dari laman itb.ac.i, Rabu (29/11/23).

Baca Juga : Jamin Mahasiswa dapat Kerja Setelah Lulus, ITB Evaluasi Kurikulum

Zizi dapat melewatkan perkualiahan dengan baik dan lulus hingga menjadi wisudawan termuda dengan usia 19 tahun 1 bulan pada Wisuda Pertama ITB, 28 Oktober 2023 lalu. Dia berhasil menamatkan pendidikan sarjana pada Program Studi Internasional Teknik Mesin.

Rupanya, dia juga menjalani program akselarasi di setiap jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Zizi berhasil menamatkan pendidikan SD hanya 5 tahun. Sementara itu, untuk bangku SMP dan SMA, dia tamatkan dalam waktu hanya 2 tahun.

Selain karena memiliki kecerdasan akademik yang tinggi dan berhasil masuk akselarasi, Zizi juga mempunyai minat terhadap kerajinan origami dan menyusun mainan lego. Hal ini yang menjadi dorongan untuk makin berkreasi dan berinovasi.

“Berbekal ilmu tersebut, aku membayangkan akan bisa membuat barang apapun yang ada di benakku. Tentunya pada usia 14 tahun, prospek pekerjaan bukanlah pertimbangan utama bagi aku. Namun, akhirnya aku menjatuhkan pilihan untuk menekuni Teknik Mesin karena bidang ini memberikan wawasan bermanfaat tentang sistem mekanika. Aku bisa mengkonstruksi robot-robot sendiri yang cukup unik sesuai imajinasi,” kata Zizi.

Baca Juga : ITB Minta Maaf Soal Dugaan Kampanye LGBT Lewat Formulir PMB

Selama kuliah, dia terdorong memiliki kecakapan interdisipliner, seperti mekatronika, kontrol, programming, dan AI. Zizi mengerjakan tugas akhir berupa kolaborasi antara Laboratorium Dinamika FTMD ITB dengan Pusat Riset Mekatronika Cerdas LIPI BRIN.

Ia melakukan riset terkait implementasi Deep Reinforcement Learning (DRL) dalam parkir lurus mundur yang diajukan untuk kendaraan otonom. Selama riset, Zizi belajar banyak hal tentang dunia AI dan reinforcement learning dalam berbagai teknis.

“Tugas utama aku melakukan kajian dari riset-riset terdahulu mengenai DRL dan mencoba memodifikasi dan mengimplementasikannya. Metode tersebut diterapkan ke dalam lingkungan virtual yang dipakai untuk simulasi parkir dengan ketentuan khusus,” ujar dia.

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles