Medan, MISTAR.ID
Peneliti Bahasa, Sastra dan Komunitas di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Suyadi San mengkritik pandangan miring masyarakat terhadap jurusan Bahasa Indonesia yang disebut biasa dan dapat dipelajari siapa saja.
Suyadi mengatakan terjadinya perpecahan dan perang dunia banyak disebabkan karena persoalan bahasa. Ia menegaskan bahasa Indonesia yang lahir dari bahasa Melayu adalah bagian integral dari identitas bangsa.
“Jika kita tidak mengutamakan bahasa Indonesia, siapa lagi yang akan melestarikannya? Kita harus memprioritaskan bahasa kita, karena itulah yang menyatukan kita sebagai bangsa,” katanya kepada mistar.id, Sabtu (16/11/24).
Baca juga :Â Peneliti BRIN: Bahasa Asing, Indonesia dan Bahasa Daerah Harus Seimbang
Suyadi menekankan bahasa Indonesia tidak hanya penting sebagai sarana untuk memahami budaya dan bahasa bangsa, tetapi juga sebagai penjaga peradaban.
Pria kelahiran 1970 ini menyebut pemahaman tentang sejarah bahasa Indonesia seringkali terbatas hanya saat  kongres pemuda 1928. Padahal, bahasa Indonesia memiliki akar yang jauh lebih dalam, sejak zaman kerajaan Melayu kuno.
“Kami temukan di situs bongal pada abad ke-7 masehi, dia menggunakan aksara Pallawa gitu ya pallawa grantha dan ini kan bahasa Melayu purba,” jelas pegiat budaya ini.
Dalam pandangannya, studi sastra Indonesia di perguruan tinggi seharusnya tidak hanya berfokus pada sejarah sastra, tetapi juga sejarah bahasa Indonesia.