Medan, MISTAR.ID
Anak-anak bangsa yang piawai menggunakan bahasa daerah merupakan tujuan dalam pemasyarakatan dan pembudidayaan bahasa itu sendiri. Hal ini bisa jadi cara merawat dan melestarikan keberadaan bahasa daerah.
Hal itu disampaikan Peneliti Bahasa Sastra dan Komunitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Suyadi San kepada Mistar.id, pada Selasa (29/10/24).
“Keberadaan bahasa daerah itu memang harus lebih kita tingkatkan. Jangan sampai kita lupa pada bahasa ibu kita. Ini sangat perlu,” ujarnya lebih lanjut.
Baca juga: BRIN Manfaatkan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Prediksi Aktivitas Matahari
Namun demikian, dalam pergaulan sosial kemasyarakatan, kata Suyadi, perlu mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
“Nah perlu sejak dini anak-anak muda Indonesia harus menguasai bahasa asing. Dengan menguasai bahasa asing, kita menguasai ilmu pengetahuan,” tuturnya.
“Kita harus menguasai bahasa asing, mengutamakan bahasa Indonesia dan melestarikan bahasa daerah. Ketiganya harus seimbang dan sama-sama menjadi prioritas. Jangan sampai salah satunya tenggelam atau terabaikan,” imbuhnya.
Menurut Suyadi, terlalu fasih berbahasa Indonesia, bisa menenggelamkan bahasa ibu.
“Kacau juga kita. Kau orang apa, orang Jawa, nggak bisa bahasa Jawa, malu kita sebagai orang Jawa. orang Batak nggak bisa bahasa Batak, orang Padang nggak bisa bahasa Padang, bahaya itu, hanya bahasa Indonesia saja,” cecarnya.
Baca juga: Temukan Benteng Pertahanan Tentara Jepang di Tapteng, BRIN Lakukan Pembenahan
Suyadi juga menyebutkan bahwa pemerintah menyediakan sarana-sarana, semisal dalam satu keluarga terjadi perkawinan campur antar suku A dan suku B, sehingga sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia.
“Nah di sinilah bantuan-bantuan sarana apakah dengan teknologi digital gitu ya, melahirkan bahasa-bahasa daerah, juga menampilkan acara atau siaran di televisi, radio, media digital. Siaran-saran yang menggunakan bahasa daerah jadi tinggal anak-anaknya memilih,” ungkapnya.
Suyadi juga mengatakan, semuanya berawal dari keluarga. Di samping dari sekolah, maupun lembaga-lembaga pendidikan yang juga bisa membiasakan hal tersebut.
“Guru bisa kasih PR (pekerjaan rumah), gunakan bahasa ibu, bahasa daerahmu. Nah biasanya murid kalau gurunya yang memerintahkan, langsung dilaksanakan,” ucapnya diikuti tawa.
Baca juga: BRIN akan Lakukan Penelitian Awal Piramid Toba di Humbahas
Peran guru, orang tua, keluarga, pendidikan dan masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan, dinilai memiliki peran penting.
“Karena tempo hari ada lomba pidato bahasa daerah. Itu bagus. Maunya digalakkan di kampus-kampus yang ada program studi bahasa Indonesia dan sastra daerah misalnya. Buat lomba pidato bahasa daerah, lomba pidato bahasa Inggris, lomba pidato bahasa Indonesia,” tukasnya.
Tak hanya perguruan tinggi, Suyadi juga berharap Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga turut aktif melaksanakan kegiatan tersebut.
“Bisa juga itu tingkat dasar, tingkat mahir, tingkat lanjut gitu. Mungkin yang SMP-nya tingkat dasar kemampuan berbahasa daerahnya. Pidatonya tidak usah panjang, menggunakan bahasa daerah. Maunya gitu dibuat di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke jangan sampai kehilangan bahasa daerah,” tutupnya. (susan/hm27)