Digunakan untuk mempermudah proses belajar mengajar dengan membuat soal, membuat bahan ajar, membuat presentasi dan banyak hal lainnya yang dapat dilakukan menggunakan AI. Namun tentu saja, harus membuat kesepakatan kelas terlebih dahulu.
“Jadi, inilah poin penting beretika di mana guru dan siswa harus membahas etika penggunaannya. Apa yang boleh, apa yang tidak boleh di saat menggunakan AI begitu ya,” tuturnya.
Perlu dipastikan, sambungnya, bahwa posisi AI hanya sebagai alat yang tidak memiliki kemampuan pedagogik sebagai guru. Teorinya dan prosesnya mungkin bisa dibantu AI. Tapi pelaku utama dari pedagogik itu sendiri adalah guru.
Baca juga: Enam Resep Percepat Adopsi AI dari McKinsey & Company
Bukan hanya tentang penggunaan fitur AI, tetapi juga bagaimana AI dapat membantu mengembangkan penalaran kritis siswa. AI dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
Ia juga menambahkan agar penggunaan AI tidak menjadi candu karena menjadi jalan pintas, para tenaga pendidik harus memastikan bahwa tantangannya ditambahkan agar penalaran-penalaran pada murid bisa meningkat, tidak hanya selesai dengan AI.
“AI ini adalah alat yang berharga bisa mengolah informasi lebih mudah tapi peran bapak ibu guru sebagai teman fasilitator dan panutan dalam pembelajaran itu adalah poin utamanya,” tutupnya. (susan/hm25)
