“Tapi sepertinya awal-awalnya saja mereka menolak karena mereka berharap kemarin ketika kelas X itulah yang menjadi kawan mereka sampai kelas XI. Makanya mereka bertanya kenapa harus ganti, awalnya menolak sekarang mereka sudah biasa saja,” ujarnya.
Lanjutnya, penghapusan jurusan ini juga berdampak terhadap jumlah ruangan.
“Mungkin juga karena kami kurang ruangan ya. Mungkin kalau ruangan kita kemarin oke dan banyak yang kosong itu kita bisa moving. Tapi karena memang kelasnya yang ada sekarang ready itu 36 kelas kita nggak bisa buat apa-apa kecuali memberikan anak-anak itu kebebasan untuk memilih mata pelajarannya,” tandasnya.
Baca juga : Siswi SMAN 8 Medan Akhirnya Naik Kelas, Ombudsman Tetap Memantau
Ia juga berharap agar kebijakan tidak hanya dari atas tapi juga melihat ke bawah, yakni melihat terlebih dahulu jika dengan mekanisme moving class, apakah SMA Negeri memiliki kelas yang ready jika siswa harus pindah kelas.
“Kalau infrastrukturnya sudah oke semua ya silakan saja bisa kita ikuti semua kebijakan, tapi ini kita mau moving anak-anak mau di moving kan kemana?” tambahnya.
Meskipun demikian, Naomi berharap kebijakan ini dapat membantu siswa lebih fokus pada minat dan bakat mereka, serta mempersiapkan mereka untuk studi lanjut dan karir di masa depan. (susan/hm18)
