22.5 C
New York
Tuesday, July 2, 2024

Warisan Tradisi Jawa Deli: Ketoprak Dor, Tragedi Dibalut Komedi

Baca Juga : Gerundelan Rakyat Ala Ketoprak DOR Oleh : J Anto

Jatuh Bangun Ketoprak Dor

Di dunia kesenian, jatuh bangun dalam perjalanan kerap disebabkan permasalahan dapur dan idealisme. Berbenturan tak hanya pada pihak luar, tetapi antar seniman itu sendiri.

Lebih jauh Iin menambahkan, ketika baru berdiri banyak yang sinis dan menyepelekan. Seiring berjalannya waktu ketika kelompok mulai naik, baru berdatangan menawarkan diri.

“Banyak yang meragukan kesejahteraan hidup dalam berkesenian. Kalau saya realistis, memilih jalan ini sudah harus hidup melalui jalan ini pula. Makanya saya sebagai seniman, selain berkarya juga berpikir akan dikemanakan karya ini nanti,” jelasnya.

Pentas Ketoprak Dor kelompok Langen Setyo Prana Jaya. (f: ist/mistar)

Ketoprak Dor selain dipentaskan untuk acara-acara kebudayaan, bisa juga untuk acara umum seperti pernikahan, acara kantor, dan lainnya.

“Pasang surutnya tentu ada, kadang pentas satu bulan sekali, terparah, dalam dua bulan hanya sekali pentas. Paling ramai bisa lima kali sebulan. Biasanya di bulan-bulan musim pesta, penghujung sampai awal tahun,” tambahnya.

Baca Juga : Apresiasi Festival Koeli Kontrak, Pemkab Deli Serdang Minta Digelar Setiap Tahun

Salah satu kiat bertahan, kelompok Langen Setyo Prana Jaya sering melakukan kolaborasi dengan kesenian lain, seperti kuda kepang, tari angguk, musik campursari, dan lainnya.

Kemudian, kelompok ini juga aktif menyiarkan kegiatannya, baik latihan maupun pentas lewat berbagai media sosial.

“Selain kerja sama, itu juga merupakan bentuk apresiasi kami terhadap jenis kesenian lain. Saling menjaga tradisi dan berkembang bersama-sama,” tambahnya.

Ketoprak Dor di masa kini cakupan pasarnya lebih luas, seiring perkembangan, semua kalangan bisa menikmatinya. Tak sebatas kuli kontrak Jawa lagi. Iin menambahkan, walau tak mengerti bahasa Jawa penonton bisa menikmatinya dari sisi lain.

Sanggar kelompok Ketoprak Dor ini terletak tepat di tengah pemukiman warga. Mereka latihan rutin malam rabu dan malam sabtu. Tiap latihan pasti suara musik, nyanyian, dan lakonan menggema, tetapi itu tidak mengganggu tetangga dan warga sekitar.

Terbukti, Rabu (26/6/24) malam, saat dimulai latihan, diawali dengan tepukan gendang, warga secara bertahap keluar rumah untuk menyaksikan. Ada yang cukup menyaksikan dari kejauhan, sebagian juga mendekat, terutama anak-anak. Lewat musik dan nyanyian pelipur lara itu, mereka ikut terhanyut.

“Udah biasa dan kadang ditunggu sebagai hiburan gratis, sekalian bisa ikut meluapkan perasaan lewat musik dan nyanyian mereka,” kata Dian (31) warga sekitar sanggar.

Baca Juga : Apresiasi Festival Koeli Kontrak, Pemkab Deli Serdang Minta Digelar Setiap Tahun

Warisan Budaya Bukan Benda

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, serta Parawisata (Disbudporapar) Deli Serdang, Ketoprak Dor diverifikasi sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kabupaten Deli Serdang tahun 2024 oleh Tim Direktorat Perlindungan Kebudayaan Riset dan Teknologi Dirjenbud, didampingi oleh Tim Disbudparekraf SU.

Verifikasi ini merupakan upaya untuk mempertahankan keberadaan Warisan Budaya Tak Benda melalui perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan untuk pelestariannya. Terbaru, atas undangan Disbudporapar Deli Serdang, kelompok Langen Setyo Prana Jaya akan pentas di Museum Deli Serdang, Sabtu (29/6/24) malam mendatang.

Sesuai namanya, Langen Setyo Prana Jaya diharapkan di balik kegetiran, Ketoprak Dor bisa hadir sebagai sumber energi kekuatan, kesetiaan, kedamaian, kesenangan, dan kejayaan. (maulana/hm24)

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles