25.3 C
New York
Monday, July 15, 2024

Plt Bupati Labuhanbatu Dukung Pelestarian Wayang Kulit di Bulan Suro

Labuhanbatu, MISTAR.ID

Pemerintah Desa (Pemdes) Sei Nahodaris, Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhanbatu, kembali menggelar pertunjukan wayang kulit dalam rangka malam tirakatan mengisi Tahun Baru Islam Muharram 1445 Hijriah atau sering disebut bulan suro oleh masyarakat suku Jawa, di aula desa setempat, pada Minggu (14/7/24).

Acara sakral budaya kejawen ini dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Labuhanbatu, Ellya Rosa Siregar, didampingi Camat Panai Tengah, Amran, Kepala Desa (Kades) se-Kecamatan Panai Tengah Amran, Babinsa, Serma Chairul Anwar didampingi Sertu Roganda Tanjung, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh kepemudaan dan warga sekitar.

Sebelumnya dilakukan pertunjukan dengan tema’Melestarikan budaya di Desa Sei Nahodaris’, acara dirangkai dengan doa bersama ruwat bumi, dan makan bersama tradisi suku Jawa menggunakan lontaran daun pisang sebagai simbol kebersamaan.

Baca juga:Komitmen Lestarikan Budaya, Polres Tanjung Balai Gelar Wayang Kulit

Ellya menyampaikan, pertunjukan wayang kulit merupakan acara puncak dari aneka rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada momentum tahunan tersebut, yang sebelumnya telah dilakukan tasyakuran pada malam 1 Muharram.

Menurut Plt Bupati, Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan seni tradisional yang unik, salah satunya adalah pertunjukan wayang kulit. Wayang kulit adalah sebuah bentuk teater bayangan tradisional telah menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang paling terkenal.

“Wayang kulit memiliki sejarah yang panjang di Indonesia, dengan akar  mencapai ribuan tahun yang lalu. Meskipun ada berbagai teori tentang asal usulnya, banyak yang setuju bahwa wayang kulit pertama kali muncul di Pulau Jawa dan Bali. Wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan atau gambar dan kulit mengacu pada bahan kulit yang digunakan untuk membuat figur dalam pertunjukan in,” ujarnya.

Lanjutnya, sejarah wayang kulit sangat terkait dengan agama Hindu dan Buddha, yang masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Masehi. Pertunjukan wayang kulit awalnya digunakan sebagai sarana penyampaian ajaran agama dan cerita epik seperti Mahabharata dan Ramayana. Namun, seiring waktu, wayang kulit juga memasukkan elemen-elemen lokal dan mitologi pribumi, menciptakan paduan seni yang unik.

Baca juga:Polres Tebing Tinggi Ikuti Nobar Pagelaran Wayang Kulit Secara Virtual

Di akhir sambutannya, Ellya berharap seluruh masyarakat Labuhanbatu terus menjaga, dan melestarikan budaya peninggalan leluhur, karena dari sana banyak yang bisa dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara Amran mengatakan, pagelaran wayang kulit ini sebagai bentuk penghormatan masyarakat Panai Tengah akan budaya yang di wariskan kepada generasi masa kini.

” Alhamdulillah masyarakat di sini masih antusias mengikuti dan melestarikan budaya ini” ucap Amran, dan menambahkan puncak acaranya dilaksanakan hingga malam hari (yazis/hm16)

Related Articles

Latest Articles