Jakarta, MISTAR.ID
Rupiah sempat membukukan penguatan 0,28% melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan kembali ke bawah Rp14.300 per US$. Dalam 3 hari perdagangan di pekan ini, rupiah menguat sebanyak 2 kali dengan total 0,45%. Sehingga berpeluang mengakhiri pekan ini di zona hijau.
Sebelumnya pada pekan lalu rupiah berakhir melemah 1,1% sekaligus menghentikan penguatan 4 pekan beruntun. Kini Mata Uang Garuda berpeluang kembali melanjutkan tren positif tersebut.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus menjadi modal bagi rupiah untuk menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (28/5/21). Bursa saham Asia pagi ini menghijau, indeks Nikkei Jepang bahkan melesat 1,6% yang menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang sedang bagus.
Selain itu, indeks dolar AS juga sedang mengalami tekanan. Kemarin, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut melemah 0,36%. Meski demikian, pagi ini indeks tersebut naik 0,14%.
Baca Juga:Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp14.325
Dolar AS sedang tertekan belakangan ini setelah pejabat-pejabat bank sentral AS (The Fed) memproyeksikan inflasi masih akan rendah dalam beberapa waktu ke depan, meski ada lonjakan tetapi hanya bersifat sementara. Jika inflasi masih rendah, artinya kebijakan moneter ultra-longgar masih akan dipertahankan, dan dolar AS masih akan tertekan.
“Betul, kita akan melihat inflasi yang lebih tinggi. Namun sebagian besar bersifat temporer. Akan tiba saatnya kita akan bicara soal perubahan kebijakan moneter, tetapi tidak sekarang saat pandemi belum usai,” kata James Bullard, Presiden The Fed cabang St Louis.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270/US$. Jika mampu menembus dan bertahan di bawahnya MA 100 maka ruang berlanjutnya penguatan rupiah terbuka cukup lebar. Target penguatan berada di kisaran Rp 14.240/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.
Baca Juga:Rupiah Kembali Lesu Terhadap Dolar AS
Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral. Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic saat ini berada di kisaran 45, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold. Area Rp 14.300/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.350/US$ (kisaran MA 200). (cnbc/hm12)