12.7 C
New York
Saturday, October 26, 2024

HWDI Tegaskan Inklusivitas Kebutuhan Seluruh Masyarakat

Medan, MISTAR.ID

Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumatera Utara (Sumut), menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat dalam memandang inklusivitas sebagai kebutuhan seluruh masyarakat dan bukan hanya terbatas pada kelompok disabilitas.

“Inklusivitas adalah kebutuhan seluruh masyarakat, bukan hanya kelompok disabilitas,” kata pengurus HWDI Sumut, Marilyn Lie, pada talkshow ‘Kongkow Inklusif’, Sabtu (26/10/2024).

Menurutnya, setiap orang bisa saja mengalami disabilitas atau memerlukan dukungan khusus di berbagai tahapan kehidupan.

Lebih lanjut, dijelaskannya bahwa inklusivitas mencakup segala bentuk dukungan yang memungkinkan seseorang menjalani kehidupan secara setara. Contohnya bantuan pemahaman bahasa di sekolah dan juga akses pendidikan tanpa diskriminasi.

Baca juga:HWDI Harapkan RSUP H Adam Malik Terapkan Edukasi Tentang Disabilitas

Pendiri Sekolah Berkebutuhan Khusus, Dwi Tuna Harapan Baru ini juga menyoroti kendala dalam pelayanan kesehatan yang harus diperbaiki agar tidak mempersulit pasien.

“Prosedur administrasi yang rumit seringkali menjadi hambatan bagi mereka yang datang untuk mendapatkan perawatan, terutama bagi penderita autoimun yang membutuhkan penanganan cepat dan berkesinambungan,” lanjutnya.

Tambahnya, penggunaan fasilitas umum yang ramah disabilitas juga penting. Guiding block (jalur khusus bagi penyandang disabilitas penglihatan) harus dipelihara dan diproduksi dengan bahan berkualitas demi keselamatan para pengguna.

Baca juga:Suara Disabilitas Tuna Netra Tersisih di Pemilu 2024, HWDI: Ini Diskriminasi!

Ia juga menekankan pentingnya penerapan etika saat berinteraksi dengan penyandang disabilitas yaitu dengan salam, sapa, dan senyum (S3).

“Mereka juga manusia yang harus dihargai setara dan tidak layak mendapatkan ejekan atau diskriminasi. Sebelum menawarkan bantuan, kita harus bertanya dan memahami kebutuhan mereka,” tuturnya.

Marilyn juga mengusulkan program khusus yang melibatkan siswa sebagai pendamping dalam upaya meningkatkan kesadaran inklusif di lingkungan pendidikan.

Pengembangan unit layanan disabilitas (ULD) di perguruan tinggi, sebutnya juga penting dengan merekrut mahasiswa yang memiliki waktu luang dan memberikan pelatihan interaksi dasar.

“Belum ada kampus yang sepenuhnya berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan ramah disabilitas. Dibutuhkan program khusus serta pelatihan untuk meningkatkan empati melalui pengalaman langsung,” tambahnya. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles