12.8 C
New York
Saturday, October 26, 2024

Indonesia Darurat Literasi, Habit Membaca dan Menulis Harus Dibentuk di Bangku Sekolah

Medan, MISTAR.ID

Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Hakiki menyampaikan keluhannya tentang darurat literasi yang kini menimbulkan banyak permasalahan di kalangan masyarakat.

“Kebetulan kan saya juga pengajar dan rata-rata kalau ditanya ‘siapa wakil presiden kedua’ saja banyak yang nggak tahu,” ungkapnya saat kegiatan Ngobrol Buku di Jalan Amaliun Nomor 152 Medan, Minggu (20/10/24) malam.

Ia juga mengkhawatirkan bagaimana dampak dari suatu negara jika tidak membaca buku.

Guru Ekonomi di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Medan, Novel, juga menyebutkan bahwa ia pun turut merasakan keresahan ini.

Baca juga:Pendidikan Literasi Finansial Kini Masuk Kurikulum Merdeka

“Jadi ada fun fact, saya tanya murid ‘sejauh mana pemahaman kamu tentang ini?’ Dia jawab dari Sabang sampai Merauke. Saya nggak tahu mau jawab apa lagi,” katanya.

Menjawab keresahan tersebut, Sastrawan, Okky Madasari, menyebutkan bahwa hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami darurat literasi.

“Berarti kan ada kesalahan sistemik dalam sistem pendidikan yang tidak semata hanya bisa dikatakan gurunya salah ngajarnya, nggak kan. Ini kesalahannya lebih mengakar dari itu ya,” ucapnya.

Baca juga:Tingkatkan Literasi Keagamaan di SMKN 1 Siantar Melalui Maulid Nabi Muhammad 1446 H   

Wanita yang juga berprofesi sebagai sosiolog ini menegaskan bahwa tidak ada negara yang besar jika pemimpinnya tidak membaca.

“Semua negara besar, semua negara yang bisa membawa kemajuan, membawa dampak bagus, itu pasti pemimpinnya banyak baca buku. Di sisi lain, pemimpin-pemimpin besar dunia yang kita kenal sebagai otoriter, kejam, penjahat kemanusiaan, itu pun mereka juga baca buku,” jelasnya.

Lanjutnya, pemimpin yang tidak membaca buku hanya terjadi pada zaman kerajaan yang kini telah punah di mana salah satu faktornya adalah pemimpin yang tidak kompeten dan tidak kapabel.

“Kita lihat kan semua Kerajaan Nusantara ini kan akhirnya runtuh, dulu padahal berjaya. Tapi berjayanya itu ternyata mungkin karena pengelolaan sumber daya alam, tapi bukan karena intelektualitas yang membuat mereka mampu beradaptasi, jadi begitu kolonialisme datang langsung di gilas habis,” lanjutnya.

Baca juga:Launching Spot Baca Digital Salah Satu Program Perkembangan Literasi di Labuhanbatu

Tidak membaca, sambung Okky, juga dapat berdampak pada ketidakmampuan seseorang untuk memahami sesuatu.

“Literasi itu kan sebenarnya bukan sekedar kemampuan membaca tapi kemampuan memahami, komprehensif, reading comprehension itu bagaimana juga kita memberikan respon bagaimana kita bertanya itu kaitannya dengan literasi,” ucapnya.

Dikatakannya, jika mengharapkan perubahan yang masif dan dampak yang besar, maka harus dilakukan langkah-langkah secara struktural lewat program negara dan sebagainya.

“Dan memang bagaimanapun, habit membaca dan kemampuan menulis itu harus dibentuk dari bangku sekolah. Jadi bagaimana agar anak sekolah itu dibentuk merasa membaca itu bagian dari kebutuhan hidup. Tapi kan ini harus lewat fasilitasi pemerintah dalam arti misalnya integrasi dengan kurikulum,” sambungnya. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles