18.2 C
New York
Tuesday, August 13, 2024

Budaya Sosial Petani Berpengaruh Negatif Terhadap Ketahanan Pangan Sumut  

Medan, MISTAR.ID

Melekat kuatnya budaya sosial petani di Sumatera Utara menjadi pengaruh buruk bagi tingkat ketahanan pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultural (Ketapang TPH) Sumut melalui Penyuluh atau Pembinaan Petani di Sumut, Rismauli Basa Gultom saat ini petani dikatakan masih minim terhadap pengetahuan.

Sebagai seorang pembina petani, Rismauli menyampaikan bahwa ada empat jenis petani yakni petani peniru, petani penggugu, petani pengguru dan petani pengampu. Sehingga ia mengatakan bahwa dirinya harus hati-hati dalam melakukan pendekatan dan bisa menghasilkan produk yang unggul.

“Beda sekali dengan petani yang berada di Jawa dengan di Sumatera, terutama di Sumut karena ada latar belakang sosial dan mayoritas dari suku-suku yang berasal dari anak raja atau boru ni raja. Sehingga berbeda pendekatannya tidak seperti petani di Jawa, yang memiliki filosofi gotong royong, walaupun Sumut punya juga tapi agak sulit melakukan pendekatannya,” sampainya, Selasa (13/8/24) siang di Hotel Grand Antares, Medan.

Baca juga: Selain Kesulitan Pupuk, Petani Padi di Simalungun juga Terjepit Monopoli Agen

Selain itu keterbatasan pengadaan biaya dan sarana prasarana penyuluh juga masih minim, Rismauli mengatakan bahwa banyak petani yang kurang mendengarkan penyuluh seperti melanggar SOP waktu penanaman sesuai Good Handling Practices (GHP).

“Tapi mereka tetap saja menanam tidak sesuai waktu, batuan datar langsung ditanam kan jadi bingung, karena nanti setelah tanam itu harus ada kerjasama dengan pemerintah dan harus sesuai tapi mereka tidak tahan dan langsung menanam sehingga di posisi itu agak sulit melakukan penyuluhan,” ungkapnya.

Sebagai contoh, Rismauli mengatakan bahwa kualitas bawang di tanah Karo dengan di Brebes, Jawa itu sangat berbeda secara manajemen penanaman sudah 100 persen.

“Tapi kalau di Sumatera Utara, sudah ada yang meminta langsung diberikan tanpa dijemur dulu dibawa sinar matahari tidak sesuai dengan SOP, ketika ditanyakan alasannya mereka bilang untuk kebutuhan makan dan memang ada di beberapa daerah yang ekonomi petaninya rendah sehingga mereka bergantung pada kios,” jelasnya. (dinda/hm25)

Related Articles

Latest Articles