16.9 C
New York
Sunday, September 8, 2024

Cimpa, Kuliner Khas Karo Pererat Tali Persahabatan dan Kekeluargaan

Medan, MISTAR.ID

Setiap perayaan adat Merdang Merdem, salah satu sajian yang tak pernah absen adalah cimpa, kuliner tradisional khas suku Karo. Lebih dari sekadar hidangan, cimpa mengandung nilai-nilai yang dalam, menjadi simbol persahabatan dan kekeluargaan yang erat di antara masyarakat Karo. (27/7/24)

Cimpa bukan hanya hadir dalam satu jenis, melainkan memiliki beberapa varian unik yang masing-masing memiliki cara pengolahan tersendiri.

Misalnya, cimpa tuang yang digoreng hingga kecoklatan, cimpa matah yang disajikan tanpa dimasak, cimpa bohan yang dimasak menggunakan bambu, cimpa gulame yang teksturnya menyerupai bubur, dan yang paling dikenal cimpa unung-unung yang sering dijumpai dalam berbagai perayaan adat.

Cimpa dikenal dengan rasanya yang manis dan gurih, hasil dari perpaduan kelapa parut dan gula merah sebagai bahan utama.

Baca juga: 3 Target Pekan Kuliner Khas III 2024 Medan

Tidak hanya pada acara-acara besar, cimpa kini juga mudah ditemukan di penjual kue di pasar-pasar tradisional, menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

Ani Sembiring, seorang ibu rumah tangga yang telah lama berkecimpung dalam pembuatan cimpa, mengatakan proses pembuatan cimpa cukup sederhana.

“Kami hanya membutuhkan sedikit bahan dasar. Adonan luar dibuat dari tepung beras ketan, parutan kelapa, dan sedikit garam, kemudian dicampur hingga bisa dipulung. Untuk adonan inti, biasanya terdiri dari kelapa parut yang dicampur dengan gula merah cair,” jelas Ani saat dihubungi mistar.id, Sabtu (27/7/24)

Ani memaparkan, langkah pembuatan cimpa yang cukup mudah. “Setelah adonan dan isian siap, kita ambil sedikit adonan luar, pipihkan, lalu isi dengan adonan inti. Adonan tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang yang telah dibersihkan. Cimpa kemudian dikukus selama 30-40 menit hingga matang. Untuk variasi cimpa tuang, setelah dibungkus daun singkut atau daun pisang, cimpa digoreng hingga berwarna kecoklatan.” papar Ani.

Baca juga: MUI Kota Medan Gelar Pekan Kuliner Khas III

Lebih dari sekadar makanan, cimpa menjadi media penting dalam mempererat hubungan antar sesama, terutama dalam lingkup pergaulan sebaya.

“Cimpa sering dijadikan buah tangan dalam pergaulan, sebagai simbol untuk mempererat persahabatan dan kekeluargaan. Ini adalah bagian dari cara kami menjaga tradisi dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas,” tambah Ani.

Cimpa tidak hanya menghubungkan generasi tua dan muda melalui cita rasa, tetapi juga melalui makna budaya yang dalam, menjadikannya lebih dari sekadar kuliner, melainkan bagian penting dari identitas dan warisan budaya Karo. (azmie/hm17)

Related Articles

Latest Articles