20.4 C
New York
Friday, September 27, 2024

Perempuan dan Fotografi, Menjadi ‘Kaya’ Lewat Karya

Medan, MISTAR.ID

Dunia fotografi selalu identik dengan pria. Termasuk di Medan, jumlah fotografer perempuan sangat sedikit, terutama untuk foto jurnalistik.

“Salah satu sebabnya profesi ini penuh tantangan. Alat dan medan yang berat, tak hanya butuh skill, tapi juga energi yang besar. Tak heran fotografer didominasi kaum pria,” ujar fotografer perempuan, Mafa kepada Mistar, Rabu (19/6/24).

Mafa Yulie Ramadhani, saat ditemui di rumahnya di kawasan Jalan Gaperta, Kecamatan Medan Helvetia menjelaskan, banyak perempuan yang minat dengan dunia fotografi tapi hanya sekadar hobi, tidak untuk profesi.

Anggota Pewarta Foto Indonesia ini sudah banyak melakukan pameran foto, baik tunggal maupun bersama. Salah satu karyanya, pada 2013 saat memotret letusan Sinabung, banyak dipakai oleh media nasional dan internasional.

“Saya sendiri bermula dari rasa kekecewaan dalam hidup. Rasa yang besar itu saya ubah menjadi energi besar untuk berkarya. Lewat lensa, saya menemukan dunia baru. Membagi sudut pandang yang tak tertangkap oleh mata biasa, itu sangat menarik,” lanjutnya.

Baca Juga : Ilmu Komunikasi USU Gelar Pameran Fotografi

Memilih foto jurnalistik, bagi Mafa adalah pilihan tepat. Tidak seperti foto dokumentasi biasa, foto jurnalistik lebih kompleks. Bagaimana suatu peristiwa bisa tersampaikan lewat gambar.

“Unsur ‘rasa’ sangat penting. Rasa dalam suatu peristiwa yang menyangkut situasi saat kejadian, harus bisa tersampaikan kepada masyarakat lewat gambar,” sambungnya.

Perempuan yang dulunya musisi ini melihat perkembangan dunia fotografi di Medan sekarang menurun. Hal itu ditandai dengan sedikitnya komunitas foto yang aktif di Medan. Padahal, di era digital saat ini dengan kemudahan alat, seharusnya semakin ramai peminatnya.

“Kebanyakan sekarang komunitas foto dari mahasiswa. Padahal pada tahun 2012-2014 cukup ramai komunitas dan aktivitas dunia fotografi cukup hidup di sini, seperti komunitas Medan street hunting, mata kamera, sendal jepit, dan lainnya,” kenangnya.

Salah satu sebab turunnya adalah –meminjam istilah Kuntara DM, ‘tsunamai generasi’. Dari komunitasnya sendiri tidak menyiapkan penerus, regenerasi, untuk mempertahankan keberadaan dan kebersinambungan.

Kebanyakan hanya sekadar hobi dan karya foto cuma dishare di kanal pribadi. Bagi Mafa, lewat lensa kita bisa menjadi kaya. Kaya tak mesti tentang materi. Cakupannya luas, yakni kaya rasa, kaya pikiran, kaya karya, kaya relasi, dan lainnya.

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles