16.4 C
New York
Monday, September 30, 2024

BlackRock dan Twitch Segera Kurangi Ratusan Tenaga Kerja

New York, MISTAR.ID

Dua perusahaan besar di Amerika Serikat, BlackRock dan Twitch segera akan melakukan pengurangan jumlah pekerja besar-besaran di awal tahun 2024 ini.

Seperti dilaporkan Reuters, perusahaan pengelola aset terbesar di dunia, BlackRock, telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan pengurangan sekitar 3% dari tenaga kerja saat ini, Selasa (9/1/24).

Meski begitu, BlackRock mengatakan, mereka berharap bisa menambah jumlah karyawan kembali di akhir tahun 2024.

Pengurangan tenaga kerja itu diperkirakan akan membuat sekitar 600 pekerja dirumahkan, berdasarkan jumlah karyawan BlackRock akhir Desember 2022, sebanyak 19.800.

Baca Juga: Demi Nasabah, 7 Perusahaan Asuransi Diawasi Khusus OJK

Menurut sumber di perusahaan tersebut, tidak ada bagian tertentu yang menjadi fokus untuk dikurangi.

Saham pengelola aset ini naik sekitar 5% dalam 12 bulan terakhir, jauh dibanding kenaikan sekitar 22% di indeks S&P 500.

CEO Larry Fink pada bulan Oktober mengisyaratkan bahwa perusahaan ini sedang mencari target akuisisi untuk meningkatkan pertumbuhannya.

Mereka mengakhiri kuartal ketiga 2023 dengan aset di bawah pengelolaan sebesar $9,1 triliun, turun dari total kuartal kedua sebesar $9,4 triliun.

BlackRock diharapkan mengumumkan hasil kuartal keempatnya Jumat (12/1/24). Saham perusahaan ini turun 0,5% dalam perdagangan siang pada hari Selasa.

Sementara itu, Unit streaming Amazon.com, Twitch, dikabarkan akan melakukan pengurangan lebih kurang 35 persen dari jumlah stafnya saat ini, atau sekitar 500 pekerja.

Menurut laporan Bloomberg News yang dikutip Reuters, langkah pengurangan tersebut akan diumumkan paling cepat pada Rabu (10/1/24) waktu setempat.

Baca Juga: Korsel Larang Perdagangan Anjing Mulai 2027

Menurut laporan tersebut, bisnis streaming itu tetap tidak menguntungkan setelah sembilan tahun setelah diakuisisi Amazon.

Belum diperoleh keterangan resmi dari Twitch terkait kabar tersebut.

CEO Twitch, Dan Clancy, pada Desember lalu mengatakan, bahwa perusahaan ini akan menutup operasinya di Korea Selatan pada Februari tahun ini, karena biaya operasional yang tinggi dan biaya jaringan.

Perusahaan ini telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap lebih dari 400 karyawan pada Maret tahun lalu setelah pertumbuhan pengguna dan pendapatan tidak memenuhi ekspektasi. (Mtr/hm22)

Related Articles

Latest Articles