Jakarta, MISTAR.ID
Dampak geopolitik global diyakini memperburuk prospek investasi Indonesia pada 2024. Hal itu disampaikan Associate Researcher Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Asmiati Malik, Jumat (29/12/3).
Menurutnya, masalah ini terjadi karena Indonesia merupakan negara yang sangat interconnected dengan perekonomian global. Untuk, Indonesia perlu memperhatikan beberapa hal terkait skenario risiko geopolitik global pada tahun depan.
Pertama, potensi pergeseran pusat ekonomi dari Barat ke Asia, dengan China menonjol sebagai produsen dan eksportir utama, terutama pada sektor mobil listrik. Ini mencerminkan dinamika pusat ekonomi semakin mengarah ke Asia. “Kalau kita lihat pemain lama seperti Jepang dan Jerman mengalami penurunan sementara US sendiri stagnan,” ujar Asmiati.
Baca juga: KTT ASEAN ke-43 di Jakarta, Presiden RI Bahas Persaingan Geopolitik dan Potensi Konflik
Ia juga menyoroti Pemilu yang akan berlangsung 2024 di sejumlah negara, seperti Indonesia, Taiwan, India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Pemilu sangat berpotensi menciptakan ketidakpastian politik dan dapat mengganggu iklim investasi sekaligus menambah elemen ketidakpastian dalam pasar global.
Asmiati tidak lupa membahasa mengenai kenaikan suku bunga dan eskalasi perang dagang sebagai faktor risiko lainnya. Kenaikan suku bunga mampu meningkatkan biaya produksi, sedangkan eskalasi perang dagang bakal menekan permintaan global, sehingga berdampak negatif terhadap investasi di berbagai sektor.
Berkaitan dengan sektor agrikultur, kata Asmiati, diperkirakan penurunan keluaran atau ouput sawit akan terjadi di Indonesia dan Malaysia, tentunya ini juga berdampak negatif pada sektor ekspor dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
“Asia secara general kemungkinan besar akan masih dipengaruhi oleh el Nino,” kata Asmiati.
Baca juga: China Kian Aktif, Samudera Hindia Arena Geopolitik Dunia
Asmiati mengatakan bahwa risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan investor asing menjadi ragu dalam menanamkan modalnya di Indonesia.
Asmiati menuturkan, pemerintah Indonesia sendiri menargetkan investasi sebesar Rp1.650 triliun pada 2024, naik 17,85 persen jika dibandingkan dengan 2023.
“Target tersebut akan sulit tercapai jika geopolitikal risk tidak dapat dikendalikan,” kata Asmiati.
Oleh sebab itu, Asmiati menyarankan pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan investor dengan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Baca juga: Emas Anjlok 38,7 Dolar AS, Ketegangan Geopolitik di Ukraina Dapat Mereda
Selanjutnya pemerintah juga perlu memperluas cakupan investasi ke sektor-sektor yang memiliki nilai tambah tinggi dan tidak hanya terfokus pada sektor primer.
Selain itu, menurutnya pemerintah juga perlu memanfaatkan peluang yang ada, seperti potensi Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, serta kebijakan politik non blok yang dapat membuka peluang kerja sama dengan berbagai negara. (antara/hm17)