Medan, MISTAR.ID
Sebanyak 41 puskesmas yang ada di Kota Medan diminta untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Sebab di era digitalisasi yang terbuka seperti saat ini memudahkan masyarakat mengakses informasi.
Untuk itu, puskesmas harus meningkatkan pelayanannya terutama menuju pelayanan digitalisasi. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Medan, dr Taufik Ririansyah sebab di zaman openoffice ini salah satunya media sosial juga menjadi satu penilai utama puskesmas, Minggu (6/8/23).
“Untuk bertransformasi ke pelayanan digitalisasi ini, kami terus melakukan persiapan-persiapan di puskesmas. Sekarang tidak lagi prosedur tetap (protap) itu menjadi utama tapi yang di luar protap itu harus kami tambah lagi dalam inovasi-inovasi. Contohnya keluhan masyarakat ada di puskesmas tentang perilaku yakni sering terjadi friksi (perbedaan pendapat) antara petugas dan masyarakat. Maka kita terus latih petugas kita untuk bisa menghadapi hal ini tanpa ada friksi,” kata dr Taufik.
Baca juga: Lima Puskesmas di Medan Sebagai Pusat Pelayanan Rabies
Salah satunya yang telah dilakukan Dinkes Medan yakni melakukan workshop service excellent yang bertujuan agar pelayan puskesmas tadi mampu memberikan komunikasi yang efektif kepada masyarakat.
“Saya juga sering menekankan kepada seluruh petugas puskesmas dan memberikan pemahaman bahwa masyarakat yang datang membutuhkan pelayanan. Terkadang ada emosi masyarakat karena ketidaktahuannya. Namun petugas harus bisa menerima agar tidak terjadi frontasi (pertentangan) antara petugas nakes dengan pasien tadi. Karena kita harus menganggap pasien tidak tahu prosedur yang ada. Hal ini terus saya tekankan,” jelasnya.
Dinkes Medan juga selalu mengingatkan dan memantau apabila ada pelayanan puskesmas yang mempunyai kelemahan secara pelayanan untuk ditelusuri dan ditindaklanjuti apa yang menjadi kesalahan sehingga cepat diperbaiki.
Baca juga: Pasien Kanker Meningkat, Dinkes Sumut: Puskesmas Harus Jadi Pelindung Terdepan
“Kami berharap ke depan untuk pelayanan di puskesmas jauh lebih baik. Seperti pelayanan antri langsung maupun antrian online dan lainnya. Karena, puskesmas itu adalah pusat kesehatan masyarakat berbeda dengan rumah sakit. Jadi, lebih banyak di Puskesmas itu bukan pengobatan tetapi promotif dan preventif,” bebernya.
Sejauh ini, program di puskesmas kebanyakan penyuluhan, sosialisasi, memberi ajar tentang stigma kesehatan. Selanjutnya bagaimana berperilaku hidup sehat dan bagaimana menjaga diri supaya mempertahankan kesehatannya baik lingkungan maupun dirinya sendiri.
“Puskesmas juga harus memiliki akreditasi. Dari 41 puskesmas ini tinggal dua lagi yang belum miliki akreditasi yakni Puskesmas Sicanang dan Puskesmas Pembantu Rengas Pulau yang masih pengembangan baru. Kemarin itu masih dilanda Covid aktivitas akreditasi tertunda saat ini kembali kita ajukan akreditasinya,” pungkasnya. (Anita/hm21).