16.9 C
New York
Sunday, October 6, 2024

Sejumlah Mal di Medan Sepi Pengunjung, ada Hanya Sekedar Bertahan Hidup

Medan, MISTAR.ID

Mal dikenal sebagai pusat perbelanjaan dan mempunyai perputaran bisnis yang kencang.

Namun ada beberapa mal di Kota Medan saat ini masih dalam tekanan, selepas pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya terancam bangkrut dalam 2 atau 3 tahun belakangan, lantaran tutup semasa pandemi.

Seperti Mal Hermes Place Medan yang tutup saat pandemi. Padahal Hermes melakukan proses renovasi pada tahun 2019. Dulunya pusat perbelanjaan ini terkenal sebagai mal lifestyle yang ngehits sewaktu awal dibuka pada tahun 2010 lalu.

Tidak hanya itu, Ramayana Pringgan yang resmi ditutup permanen pada bulan Mei 2023 lalu. Diketahui gedung pusat perbelanjaan ini sudah dialihkan ke Pemko Medan. Itu lantaran pemiliknya tidak mampu membayar biaya sewa akibat penjualan Ramayana juga tidak terlalu meningkat, akibat banyaknya pedagang online yang harganya juga murah.

“Memang itu milik Pemko Medan yang sudah habis masa pakainya 25 tahun. Kemudian pengelolanya tidak sanggup bayar uang sewanya ke Pemko Medan, karena per tahunnya mungkin mahal seperti Medan Mal,” ungkap Penasihat Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Provinsi Sumatera Utara, Herri Zulkarnain kepada mistar.id, Kamis (13/7/23).

Herri mengatakan, bisnis pusat perbelanjaan saat ini memiliki tantangan besar untuk dapat bertahan. Ia juga mengatakan, kondisi setelah pandemi tidak jauh berubah dibanding  pada masa pandemi.

Pasalnya, ini tidak seperti dulu lagi untuk mengambil keuntungan tinggi. Saat ini yang penting itu, untung bisa bayar sewa dan listrik kemudian bayar pegawai.

“Tidak seperti dulu cuannya banyak, ini lah sirkulasi bisnis, yang dipuaskan itu kan konsumen, bisa memilih harga murah barangnya berkualitas,” ujarnya.

Herri juga mengatakan ada beberapa mal yang saat ini bak mati suri lantaran sepi pengunjung. Seperti Paladium yang sebenarnya masih tetap beroperasi, bagi siapa yang mau datang ke sana, hanya AC nya dimatikan. Ada juga Medan Mal yang juga tidak bagus penjualan dan Lippo Plaza hanya makanan saja yang laku.

Ata kondisi ini, Herri menilai, pelaku bisnis di mal perlu mengatur strategi untuk dapat bertahan maupun bersaing baik secara online maupun offline. Dengan memberikan promo menarik untuk memancing pembeli berbelanja untuk masing-masing tenant.

“Di sinilah namanya pasar modern harus berpikir bagaimana strategi mendatangkan konsumen di tengah persaingan cukup berat, ditambah adanya online. Kalau online ini kan sering barangnya tidak sama dengan yang diinginkan, tapi kalau offline bisa coba dan dilihat. Buat lah daya tariknya diskon dan promonya. Itulah persaingan yang harus dihadapi,” tutup Herri. (andreas/hm16)

Related Articles

Latest Articles