18.5 C
New York
Saturday, September 28, 2024

Begini Analisis Geologis Kegempaan di Sumatera, Jonathan Tarigan: Ada Tiga Pemicu Gempa di Sumut

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Walau dampaknya tidak menimbulkan kerusakan berat, namun gempa Mentawai, Provinsi Sumatera Barat mencapai 7,3 magnitudo merupakan gempa yang berkekuatan terbilang tinggi. Gempa yang terjadi di hari ketiga Idulfitri 1444 H itu mendapat perhatian dari pakar geologi Tanah Air, Ir.Jonathan Tarigan.

Dalam wawancaranya dengan MISTAR.ID, Selasa (25/4/23) siang, ahli geosiceince itu mengatakan, Indonesia merupakan suatu kawasan yang rawan terhadap bencana gempa bumi, dikarenakan Indonesia merupakan tempat bertubrukannya 4 lempeng tektonik, yaitu, lempeng samudera Indo-Australia, lempeng benua Eurasia, lempeng samudera Pasifik dan lempeng Pilipina.

Batas pertemuan lempeng-lempeng tektonik itu, sambung dia, merupakan jalur rawan gempa bumi. Di Indonesia jalur rawan gempa bumi itu terdapat pada jalur megathrust (subduksi) Simeulue-Nias-Mentawai-Enggano-Palung Laut Jawa hingga laut Banda dan Sulawesi dan pada jalur patahan di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Irian dan pada jalur busur belakang dan pada jalur patahan di daratan.

Baca Juga:Satu Unit Rumah di Tapsel Roboh Akibat Gempa 7,3 Skala Richter

“Seperti patahan Sumatera di Pulau Sumatera, patahan Palu-Koro-Matano di Sulawesi, patahan Tarera-Aiduma di Irian-Seram dan pada jalurbusurbelakang (back arc) di Flores-Sumba-Sumbawa dan di Sumatera,” paparnya.

Tiga Pemicu Gempa Sumut

Dalam kerangka tektonik, kata Jonathan Tarigan, ada 3 sumber pemicu utama gerakan kerak bumi yang dapat menimbulkan gempa bumi di Sumut.

Pertama, desakan dari Lempeng Samudera India yang menekan bumi Sumut yang merupakan tepi Lempeng Benua Eurasia. Perbenturan kedua lempeng tektonik itu mengkondisikan kerak bumi Sumut menyimpan energi (potensi) gempa bumi, baik pada zona penunjaman (subduksi) yang membentuk jalur kegempaan besar (megathrust) Nias dan juga potensi gempa bumi pada kerak bumi Sumut yang ditandai dengan terdapatnya jalur patahan Sumatera, yang terdiri dari ruas-ruas patahan Renun, Toru, Angkola dan Barumun.

Kedua, gerakan anak benua (mikrokontinen) India yang agresif menekan Lempeng Benua Eurasia dan membentuk pegunungan Himalaya telah menimbulkan gerakan-gerakan pada kerak bumi di benua Asia yang arah gerakannya berputar searah jarum jam (clock wise) yang bermuara pada penekanan/mendesak kerak bumi Sumut dari arah Thailand.

Baca Juga:Gempa M 7,3 Guncang Mentawai, Berpotensi Tsunami di Sumut

Gerakan tektonik yang terputar (escape tectonics) ini memunculkan patahan-patahan yang memotong Sumbagut (Sumut dan NAD/Aceh) posisinya sejajar dan berarah utara-selatan.

Patahan-patahan ituadalah Patahan Peusangan-Samalanga yang merupakan satu kesatuan system patahan Khlong Marui-Ranong di Thailand, patahan Arun, patahan 98, patahan Tanjung Pura dan patahan Tanjung Morawa.

Dan patahan-patahan ini, sambung pakar kegempaan itu, diidentifikasi pada penampang seismic, di bawah Permukaan (subsurface), kemudian patahan ini membentuk gerakan berpola.

Dari catatan sejarah kegempaan di tanah air, patahan-patahan ini telah melepaskan gempa bumi antara lain pada tahun 1933 (6,5 SR) di patahan Ranong-Thailand, tahun 1965 (6,1 SR) di patahan Peusangan yang melanda kawasan pantai timur NAD dan gempa bumi di Pidie Jaya pada 7 Desember 2017 (6,5 SR) dari patahan Peusangan-Samalanga.

Ketiga, tektonik Sumut juga dipengaruhi oleh kegiatantektonik ‘spreading’ yaitu gerakan pemekaran kerak Samudera di Andaman, dan untuk Sumatera yang merupakan bahagian depan dari perbenturan lempeng samudera Indo-Australia dengan lempeng benua Eurasia, terdapat 3 sumber gempa bumi utama.

Baca Juga:Gempa Bumi Mentawai Dipicu Aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia

Ketiganya, yaitu, pertama dari jalur subduksi-megathrust Simeulue-Nias-Mentawai-Enggano, kedua dari jalur patahan Sumatera yang membelah bumi Sumatera sejak dari Aceh hingga ke teluk Semangko di Lampung dan dari jalur busur belakang (back arc) pantai timur Sumatera.

“Rata-rata sejak kurun waktu 200 tahun yang lalu di jalur subduksi-megathrust terjadi gempabumi setiap 11 tahun sekali dan di jalur patahan Sumatera kejadian gempa bumi rata-rata terjadi setiap 6 tahun sekali,” kata Jonathan.

Empat Sumber Gempa Sumut

Masih kata Jonathan, dalam konstelasi Sumatera yang rawan gempa bumi tersebut, Sumatera Utara (Sumut) juga termasuk sebagai daerah yang rawan gempa bumi.

Potensi dan sumber ancaman gempa bumi terhadap Sumut ada empat. Sumber pertama, dari jalur subduksi-megathrust Simeulue-Nias-Mentawai, kedua dari jalur patahan Renun-Toru-Angkola, ketiga dari jalur busur belakang (back arc) pantai timur Sumbagut (Sumut dan NAD dan dari selat Malaka) dan yang keempat dari jalur tektonik Andaman-Nikobar.

Baca Juga:Padangsidimpuan Kembali Digoyang Gempa, Warga Berhamburan ke Luar Gedung

Bumi Sumatera (Sumut) tandas Jonathan, merupakan bahagian paling depan dari lempeng benua Eurasia didesak atau ditekan oleh lempeng samudera India dengan kecepatan 58-60 mm/tahun. Ini kata dia dapat kita bandingkan dengan kecepatan lempeng samudera Pasifik yang menekan lempeng benua Amerika dengan kecepatan 40 mm/tahun.

“Artinya, semakin tinggi kecepatan gerakan lempeng tektonik menekan akan semakin lebih sering gempa bumi terjadi. Tekanan itu telah menyebabkan bumi Sumatera termasuk Provinsi Sumatera Utara mengalami proses peremukan atau rupture yang telah berlangsung sepanjang sejarah geologi,” beber Jonathan.

“Sewaktu bumi Sumut mengalami proses peremukan, maka pada saat itulah bumi yang remuk tadi melepaskan energi. Energi merambat didalam bumi Sumut dalam wujud gelombang yang mengguncang bumi yang bergerak naik-turun atau vertikal, dan sekaligus juga mengguncang pada gerak horisontal. Guncangan itu kemudian, kata dia, kita sebut sebagai gempa bumi,” sambungnya.

Sedangkan daerah di bumi yang mengalami peremukan itu, lanjut Jonathan, disebut sebagai jalur patahan, baik patahan di dalam bumi maupun yang tampak di permukaan bumi.

“Jadi patahan tektonik pada suatu daerah adalah bekas atau pertanda telah terjadinya gempa bumi di daerahitu. Selanjutnya, dalam waktu-waktu berikutnya karena jalur patahan merupakan daerah yang lemah, maka jalur patahan itu menjadi jalur dimana energi gempa bumi disalurkan sehingga jalur patahan dan daerah yang dapat dijangkau oleh gelombang gempa bumi yang keluar dari patahan merupakan daerah rawan gempa bumi,” bebernya.

Dari analisa ilmiahnya, dia memaparkan, tekanan lempeng samudera India terhadap bumi Sumatera telah memunculkan dua jalur patahan yang besar.

Pertama, jalur patahan dari Seulimeum di Aceh yang memotong pegunungan Bukit Barisan melintas Kuala Tripa memotong Nias melintasi Mentawai hingga ke Enggano, dan kedua, dari Banda Aceh melintas Sumut hingga ke Lampung.

Sedangkan yang pertama disebut sistem patahan Nias-Mentawai dan yang kedua dinamai sistem patahan Sumatera yang membelah bumi Sumatera mulai dari Banda Aceh hingga ke Lampung, yang terdiri dari 19 ruas (segmen) patahan dan di Sumut terdapat tiga segmen patahan yang merupakan sumber gempa bumi di daratan Sumut, yaitu, patahan Renun (220 km), patahan Toru (95 km) dan patahan Angkola (160 km) dengan panjang total 475 km.

“Sistem patahan Nias-Mentawai merupakan jalur gempa bumi besar yang telah memunculkan gempa bumi paling besar (>9.2 SR – 2004) dan sistem patahan Sumatera merupakan jalur gempa bumi yang telah memunculkan gempa bumi dengan kekuatan maksimum 7,7 SR tahun 1892 di patahan Angkola (Tapsel-Madina) dan tahun 1936 (7,2 SR) di patahan Renun,” kata dia mengakhiri.(maris/hm01)

 

 

Related Articles

Latest Articles