11.7 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Toba Caldera UNESCO Global Geopark akan Direvalidasi, Begini Tanggapan Pakar Kebumian

Simalungun, MISTAR.ID

Mungkin kita sudah mengetahui, bahwa UNESCO Global Geopark berperan untuk mengedukasi tentang geopark, seperti aspek kebumian, keanekaragaman budaya dan hayati serta aspek pengembangan ekonomi masyarakat setempat.

Dengan ketercukupan aspek-aspek tersebut, maka sejak Juli 2020 status Toba mendapat pengakuan dunia dan masuk dalam jaringan Toba Caldera UNESCO Global Gropark.

Nah, tak lama lagi, tepatnya Juli tahun 2024, status Toba akan direvalidasi atau divalidasi kembali oleh Caldera UNESCO Global Geopark.

Dan sekarang, Indonesia melalui Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) serta Kabupaten Kota se Sumut akan diuji kembali, apakah Toba masih layak untuk diperpanjang 4 tahun lagi mendapatkan kartu hijau dengan status Toba Caldera UNESCO Global Geopark?

baca juga: Danau Toba Jadi Geopark UNESCO, Pertanda Baik Untuk Kemajuan Pariwisata

Pertanyaan ini kemudian ditanggapi pakar kebumian Ir.Jonathan Tarigan dalam wawancara khusus MISTAR.ID, Selasa (9/5/23) di sela-sela kegiatan untuk memenuhi rekomendasi Toba Caldera UNESCO Global Geopark yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemprov Sumut di Hotel Atsari Parapat.

“Ya, tak lama lagi, tim dari UNESCO akan turun untuk melakukan revalidasi atau validasi ulang status Toba Caldera UNESCO Global Gropark, diperpanjang atau tidak. Apakah kita akan kembali mendapatkan green card atau kartu hijau?” ujar Ir.Jonathan Tarigan yang juga sebagai nara sumber dalam kegiatan itu.

Masa perpanjangannya adalah tahun depan, tepatnya Juli 2024. Tapi tim dari UNESCO pada Juli 2023 ini kata Jonathan, sudah turun ke Sumut untuk revalidasi.

“Yang akan turun pada Juli 2023 ini adalah dua orang Profesor utusan UNESCO yang berkantor di Paris,” sebut Jonathan Tarigan.

Baca juga:Menparekraf Sebut Dua Investor Tertarik Bangun Hotel Bintang 5 di Kawasan Danau Toba

Artinya, tim UNESCO itu nantinya yang akan menilai, apakah Toba masih dapat dipertahankan untuk tetap sebagai anggota jaringan Caldera UNESCO Global Geopark.

“Yang dilihat nanti adalah progresnya, progres sejak menjadi anggota jaringan UNESCO sejak tahun 2020 lalu,” imbuhnya.

Menanggapi hal-hal atau aspek yang menjadi penilaian bagi UNESCO nantinya, Jonathan mememaparkan, di antaranya adalah aspek geodiversity.

“Untuk aspek geodiversity ini, kita sudah dituntun oleh Profesor Ibrahim yang ahli di bidang itu,” bebernya.

Kemudian yang dinilai adalah aspek keanekaragaman budaya, dan aspek keanekaragaman hayati.

Untuk aspek keanekaragaman budaya, kata Jonathan, samplenya adalah yang di Samosir, di antaranya Desa Hariara sebagai desa tradisional Toba. Kemudian juga dari Desa Hutabolon Simanindo.

Sedangkan untuk aspek keanekaragaman hayati dan konservasi, adalah Monkey Forest Parapat dan konservasi gajah Aek Nauli.

Selain itu, kata dia, spot-spot perekonomian masyarakat yang berbasis geopark atau geowisata menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam revalidasi nantinya.

“Nah, nanti tim UNESCO akan melihat seluruh aspek-aspek itu, apakah ada progresnya atau stagnan atau malah mundur,” ujarnya.

Namun dari analisanya, Jonathan optimis, bahwa Toba akan tetap mendapatkan kartu hijau atau green card dari Caldera UNESCO Global Geopark.

Hal ini didasari dari analisanya, bahwa Pemprov Sumut melalui Dinas Pariwisatanya didukung 7 daerah kabupaten/kota yang berada di sekeliling Danau Toba, telah berbuat banyak dalam mendorong laju aspek-aspek yang menjadi kriteria untuk mendapatkan rekomendasi UNESCO tersebut.

Hanya saja, imbuh Jonathan, untuk tahun 2023 ini, kita sedikit kekurangan anggaran dalam mendorong berbagai kegiatan yang berhubungan dengan laju progresnya.(maris/hm17)

Related Articles

Latest Articles