14.1 C
New York
Monday, April 15, 2024

Mengenal Gejala Virus Hog Cholera

Medan | Mistar- Saat ini, virus Hog Cholera atau kolera babi menyerang ribuan ekor babi di Kabupaten Dairi dan Humbahas. Kasus Hog Cholera kedua daerah ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, wabah kolera babi sempat menyerang Pulau Flores.

Melansir pemberitaan Kompas.com, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat bahwa 10.000 ekor babi di Pulau Flores mati akibat wabah kolera babi pada 2017. Hog Cholera sering disebut sebagai Classical Swine Fever (CSF), yaitu penyakit yang serius dan seringkali menyebabkan kondisi yang fatal.

Melansir dari Veterinary Diagnostic and Production Animal Medicine, CSF ini bersifat menular, yang dapat menyebabkan kerentanan tubuh dan kematian yang mendekati 100 persen. Virus Hog Cholera hanya terjadi pada babi dan dapat menyerang semua kelompok usia.
Penyakit ini seringkali terjadi di negara-negara dengan jumlah babi yang tinggi dan belum berhasil memberantas virus tersebut. Infeksi CSF dapat dilakukan melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan babi yang terinfeksi maupun babi yang rentan terinfeksi.

Babi dengan infeksi akut dapat menyebarkan jumlah virus yang besar sebelum mereka benar-benar terlihat sakit, selama sakit, dan setelah pulih. Babi hidup terinfeksi sebagai fetus yang menyebarkan virus pada sekresi dan ekskresinya.

Sisa makanan yang tidak dimasak dan mengandung daging babi terinfeksi yang kemudian diberikan sebagai pakan babi telah tercatat sebagai penyebab dari banyak kejadian mewabahnya virus ini.

Cara lain dari penyebaran virus CSF juga termasuk pada peralatan kebun (seperti gerobak, truk, traktor, mesin-mesin yang terkontaminasi), orang-orang, media yang terinfeksi, hewan peliharaan, burung, dan antropoda.

Sementara itu, transmisi lewat udara memiliki signifikasi penyebaran yang kecil. Gejala-Gejala Berdasarkan keterangan pada laman World Organisation for Animal Health, pada jenis wabah yang akut, tanda-tanda klinisnya tidak bersifat spesifik.

Gejala-gejala ini termasuk pada hal-hal berikut: Demam (41 derajat Celcius) Anoreksia, Letargi Leukopenia yang parah Multifokal hiperaemia atau luka hemoragik pada kulit Konjungtivitis Pembesaran atau pembengkakan kelenjar getah bening Sianosis kulit Konstipasi yang diikuti oleh diare Muntah-muntah (pada kasus-kasus tertentu) Batuk-batuk Ataksia, paresis dan kejang-kejang.

Sementara itu, gejala-gejala bada bentuk kronis (virus lebih lemah atau imun lebih kebal): Mati rasa, nafsu makan yang berubah-ubah, pireksia, diare hingga 1 bulan Penampilan yang berantakan dari babi Keterlambatan pertumbuhan Pemulihan dengan jarak kambuh dan kematian dalam jangka waktu 3 bulan.
Selain bentuk akut dan kronis, ada pula gejala-gejala untuk bentuk bawaan atau congenital (bergantung pada kekuatan virus dan tahap kehamilan): Kematian janin, resorpsi, mumifikasi, lahir mati Keguguran Tremor bawaan, lemah.

Pertumbuhan yang buruk selama beberapa minggu atau beberapa bulan dapat berujung pada kematian. Terlahir normal secara klinis, tetapi tetap mengandung virus tanpa memiliki respon dari antibodi. Bentuk lainnya disebut sebagai mild form, biasanya diderita oleh babi-babi yang lebih tua.

Gejalanya adalah sebagai berikut: Kehilangan atau kurangnya nafsu makan Pemulihan dan kekebalan yang rendah CSF yang akut harus dicurigai berdasarkan riwayat, tanda-tanda klinis, suhu tubuh hingga luka-luka yang terjadi.

Sejumlah pemeriksaan postmortem yang dilakukan dapat meningkatkan akurasi diagnoasa. Kontrol terhadap virus Hog Cholera penting dilakukan. Selain merugikan karena menyebabkan kematian, virus ini juga memberikan kerugian ekonomi yang cukup besa.

Misalnya, pada kasus wabah Hog Cholera tahun 2017, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi mengatakan bahwa akibat hama tersebut kerugian ekonomi mencapai Rp2,5 miliar. Kontrol terhadap virus ini dapat dilakukan dengan pencegahan paparan, vaksinasi, hingga pemberantasan.

Di beberapa negara, pencegahan paparan dilakukan melalui pelarangan atau pengaturan impor babi hidup, babi segar, produk babi yang tidak dipanaskan dengan baik, dan sumber-sumber lain yang mungkin mengandung virus.

Selain itu, melarang pemberian makan dari makanan sisa yang tidak dimasak dan pembuangan sampah dari kapal di pelabuhan juga dapat menjadi cara pencegahan mewabahnya virus ini.

Sumber: Kompas
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles