7.5 C
New York
Friday, March 29, 2024

Kasus DBD Masih Tinggi di Sumut

Medan, MISTAR.ID
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2022 meningkat hampir 100 persen dibanding tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut drg Ismail Lubis menyebutkan, kasus DBD pada tahun 2020 mencapai 3.192 orang dan di tahun 2021 kasusnya sempat turun menjadi 2.918 orang. Namun pada tahun 2022 atau hingga bulan Agustus kasus DBD menjadi 4.856 orang.

“Jika dibandingkan dengan tahun 2020-2021 (masa pandemi Covid-19), maka terjadi kenaikan kasus. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2019 dan sebelumnya, maka kenaikan kasus hingga bulan Agustus ini masih di bawah tahun tersebut,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (15/9/22).

Baca juga:Kasus DBD di Siantar Mulai Menurun

Namun demikian, dia mengatakan pihaknya tetap melakukan upaya mengurangi angka kasus DBD antara lain, mengirimkan surat edaran terkait imbauan untuk menerapkan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan, mendistribusikan Rapid Diagnostic Test (RDT) DBD untuk diagnosa dini kasus.

Juga melakukan bimbingan dalam analisis epidemiologi peningkatan kasus DBD ke kabupaten/kota. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE) peningkatan kasus DBD di kabupaten/kota.

“Kemudian, melakukan advokasi ke Pemda yang terindikasi peningkatan kasus DBD. Melakukan fogging di lokasi-lokasi yang berpotensi terjadi penularan DBD dan survei vektor penular DBD,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ismail menerangkan, hanya nyamuk betina aedes aegypti yang bisa menyebarkan virus dengue (dan juga bisa membawa virus zika, chikungunya dan yellow fever). Di iklim tropis terutama saat memasuki musim hujan, karena membuat kondisi lingkungan sangat mendukung bagi nyamuk untuk berkembang biak.

“Nyamuk ini memiliki sifat antropofilik, artinya lebih memilih untuk menghisap darah manusia. Berwarna hitam belang putih di sekujur tubuhnya dan kecil ukurannya,” terangnya.

Dia melanjutkan, nyamuk tersebut bisa terbang setinggi 100 meter dan sejauh 400 meter, sehingga penyebaran virus dapat terjadi hingga jarak yang jauh dari tempat nyamuk bersarang. Sifat lainnya, senang di air bersih dan jernih yaitu penampungan air, misalnya bak mandi, vas bunga dan talang-talang air, tempat minum air hewan peliharaan serta pembuangan air kulkas/dispenser.

“Nyamuk ini juga suka bersembunyi di sudut-sudut ruangan yang minim cahaya matahari, sedangkan di luar rumah suka di lubang pohon yang tergenang air. Dia aktif menggigit dari pagi sampai sore hari dan waktu paling aktif mencari mangsa sekitar dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam,” tuturnya.

Nyamuk DBD, sambung Ismail, adalah multiple feeding, di mana bisa menghisap darah beberapa kali dalam satu waktu sampai nyamuknya kenyang sehingga mampu menularkan virus kepada lebih dari satu orang dalam satu waktu. Khas jentiknya biasanya bergerak aktif dari bawah ke atas permukaan air secara berulang-ulang.

Oleh karena itu, tambah dia, langkah paling efektif dalam pencegahan DBD yang dapat dilakukan masyarakat yaitu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tidak menjadi tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti.

Baca juga:Sumut Memasuki Masa Pancaroba, Waspada DBD di Masa Pandemi

Salah satu cara terbaik adalah dengan melakukan gerakan 3M (menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, mendaur ulang barang bekas) plus menggunakan lotion anti nyamuk, pemasangan kawat kasa dan penggunaan kelambu, menanam tanaman penolak nyamuk seperti lavender.

“Bila tidak dilakukan secara serentak dan bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder terkait (dinas kebersihan, pemukiman, pendidikan, camat/lurah/kepala desa dan lainnya), maka kasus DBD akan terus bertambah di Sumut,” kata dia.

Disinggung, kabupaten/kota mana saja yang menjadi penyumbang kasus DBD tertinggi beserta angka kematiannya, Ismail enggan membeberkannya. (saut/hm06)

Related Articles

Latest Articles