17.6 C
New York
Monday, August 12, 2024

Selain Kesulitan Pupuk, Petani Padi di Simalungun juga Terjepit Monopoli Agen

Simalungun, MISTAR.ID

Petani padi di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun, menghadapi tantangan besar dalam mengelola usaha pertaniannya. Masalah yang dihadapi tak hanya sebatas fluktuasi harga yang tidak menguntungkan, tetapi juga monopoli agen, keterbatasan akses terhadap informasi, dan kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.

Salah seorang petani di wilayah tersebut, Sinaga, mengungkapkan keluhan yang dialaminya. Menurutnya, saat harga beras di pasar naik, petani setempat tidak merasakan dampaknya. Hal ini disebabkan oleh monopoli agen padi di daerah itu yang memanfaatkan kurangnya informasi yang dimiliki oleh para petani.

“Cuma dia sendiri di sini agen, jadi suka-suka dia aja membuat harga,” kata Sinaga dengan nada kecewa.

Saat ini Sinaga menjual gabah basah miliknya dengan harga berkisar antara Rp5.200 hingga Rp 5.500 per kilogram. Harga yang jauh dari harapan ini tak sebanding dengan biaya produksi yang terus meningkat. Minimnya akses pasar dan monopoli harga oleh agen membuat posisi tawar petani sangat lemah.

Baca Juga : Wamentan Targetkan 97.000 Hektar Lahan Baru Tanaman Padi di Sumut

Tak hanya itu, kesulitan juga datang dari akses terhadap pupuk bersubsidi. Meski ia tergabung dalam kelompok tani, Sinaga mengakui bahwa jatah pupuk subsidi yang diterima sering kali tidak mencukupi kebutuhan.

“Dapat, karena ikut kelompok tani. Tapi ya seperti itulah, dijatah, harus beli pupuk nonsubsidi juga. Kalau harga pupuk urea per sak di atas Rp140.000,” ujarnya.

Kendati demikian, berkat pengalaman dan konsistensinya, Sinaga mampu menghasilkan padi sekitar satu ton dari 9 rante areal sawahnya dalam sekali panen. “Tidak ada lapangan untuk menjemur, makanya lebih sering jual basah. Dalam setahun bisa tiga kali panen,” terangnya.

Permasalahan yang dihadapi oleh Sinaga ini mencerminkan kondisi petani padi sawah di Simalungun, yang harus berjuang di tengah banyaknya kendala. Dengan kondisi seperti ini, ketahanan pangan yang sangat bergantung pada petani kecil semakin terancam jika tidak ada solusi yang nyata dari pihak terkait. (indra/hm24)

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles