7.5 C
New York
Friday, April 19, 2024

Pasar Benih Ikan Nila Anjlok ‘Dihantam’ Pengusaha Besar

Simalungun, MISTAR.ID – Pasar benih ikan nila yang dihasilkan petani Kabupaten Simalungun beberapa pekan terakhir anjlok di pasaran. Terpuruknya pasar benih salah satu sektor unggulan ini, diduga karena masuknya benih ikan pengusaha kelas kakap dariluar daerah, dan harganya disebut-sebut jauh lebih murah.

“Saya mendapat laporan dari petani, bibit ikan nila kita yang dari Totap Majawa, katanya tidak laku lagi di pasar. Penyebabnya, kata petani ikan kita kepada saya, karena ada masuk benih ikan nila dari Perbaungan ke pasar di kawasan Danau Toba. Harganya kalah bersaing dengan yang ada di petani kita,” kata Wakil Bupati Simalungun, Amran Sinaga kepada Mistar, dua hari lalu.

Padahal kata Amran, produk benih ikan nila dari Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa kualitasnya sangat bagus, produksinya juga lumayan besar mencapai 2 juta bibit per minggu.

“Kita sudah perintahkan kepada Dinas Ketahanan Pangan (Hanpang) untuk menyelidiki penyebab anjloknya pasar benih nila kita. Dan kita juga sudah menegaskan, kalau benar karena persaingan harga tidak sehat, kita minta agar tidak merusak pasar,” kata Amran yang mengaku mendapat informasi tersebut dari petani saat solat Jumat di Totap Majawa.

Surati Perikanan Sumut

Kepala Dinas Hanpang, Perikanan dan Peternakan Simalungun, Pardomuan Sijabat membenarkan, bahwa dia telah diperintahkan untuk menyelidiki penyebab anjloknya pasar benih ikan nila Simalungun.

“Kita sudah surati Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumut. Karena wilayahnya benih itu tidak di Simalungun, jadi kita tidak berkewenangan langsung menyurati ke kabupaten lain,” kata Pardomuan, Senin (28/10/19).

“Biarlah nanti pihak Kadis Perikanan Provinsi yang melakukan, apakah berupa teguran dan seterusnya itu, ketika memang ijin tidak terlengkapi, kira-kira begitu. Karena pasar kan sebenarnya pasar bebas, mau kemana pun dijual boleh saja,” ujar Kadis Hanpang.

Informasi diperoleh Tim Dinas Hanpang dari lapangan, pasokan benih ikan nila yang masuk ke pasar seputaran Danau Toba itu berasal dari Serdang Bedagai (Sergei).

Namun sejauh ini, ujar Pardomuan, pihaknya belum ada menemukan bahwa penugaha ikan dari Sergei itu menjual benihnya di bawah harga pasar.

Yang ditemukan justru perihal bentuk benihnya. Kalau benih yang dari Sergei itu dibesarkan di air payau, biasanya secara pertumbuhan lebih menguntungkan para petani ikan.

“Kita juga sudah melakukan upaya-upaya bersama para petani ikan kita agar lebih banyak lagi belajar bagaimana agar benih semakin diminati,” lanjutnya.

Benih dari Sergei itu, kata Pardomuan, lebih kasar dari benih produk petani kita di Simalungun, dan benih agak kasar ini lebih diminati pasar.

Dia juga mengakui, benih ikan Sergei itu sekarang ini semakin cenderung menembus pangsa pasar benih ikan Simalungun, konsekwensinya kita kata dia kalah bersaing.

“Tanggal 31 Oktober ini saya akan ke Medan sekaligus rapat bulanan di sana, nanti akan kita tanyakan perkembangan surat kita itu. Surat kita yang ke provinsi, sudah sebulan lewat kalau tidak salah,” kata Kadis Hanpang.

Mengenai harga bibit nila sejenis dan ukuran sama, kata Pardomuan masih standard.

“Harganya standard juga, seperti yang dihasilkan dari UPR kita, misalnya kita biasanya menjual dua jenis, ukuran 3-4 dan 4-5cm, kalau ukuran 3-4 kita jual 700 rupiah dan 4-5 kita jual 1000 sampai 1150 rupiah. Ternyata yang dari Sergei itu kan ukuran 4-5 juga yang mereka jual, hanya saja lebih kasar bentuk yang 4-5nya,” ungkap Pardmuan.

Artinya, imbuh dia, kalau benih kasar dari Sergei itu kecendurungannya lebih cepat besar karena berasal dari air payau.

“Kalau bibit dari air payau dan bibitnya kasar, dimasukkan ke air Danau Toba yang kualitasnya sangat baik, berdasarkan pengalaman para pengusaha kerambah, ikan cenderung lebih cepat besar, karena berasal dari air payau,” katanya.

Perkembangan dan pembesaran lata dia terjadi semakin cepat, karena ada perubahan kualitas air dari payau ke perairan tawar Danau Toba.

“Tapi yang pasti, nanti tanggal 31 Oktober besok, akan kita pertanyakan langsung di Provinsi. Kami ada rapat di sana,” katanya.

Kadis Hanpang Simalungun juga mengakui, awal bulan lalu, para petani ikan yang tergabung dalam wadah Unit Perbenihan Rakyat (UPR) mengadakan pertemuan di nagori Wonorejo, Kabupaten Simalungun.

Pertemuan para UPR itu dihadiri pihak Kecamatan Siantar, Gunung Malela, Tanah Jawa, Bosar Maligas, Tiga Dolok, Panambean Pane, Pematang Bandar dan Kecamatan Dolok Batu Nanggar. Perikanan Marolop Napitupulu bersama para penyuluh perikanan se-Kabupaten Simalungun ikut hadir.

Pertemuan tersebut dipimpin penyuluh perikanan Sumut, Ali Kasym Siregar, tujuannya untuk menbahas nota keberatan yang mereka layangkan kepada Pemkab Simalungun. Keberatan yang disampaikan para petani benih UPR itu, salah satunya menyampaikan keberatannya bila pembesaran benihnya diisi pihak perusahaan atau pengusaha dari luar Kabupaten Simalungun.

Alasan penolakan, karena hal itu kata para anggota UPR akan menjadi ancaman bagi mereka, dan petani benih lokal bisa gulung tukar. Mereka berlasan, karena kehadiran pihak pengusaha besar akan membuat harga jual benih ikan jauh lebih murah.

Penulis : Herman Maris

Editor : Jannes Silaban

Related Articles

Latest Articles