8.4 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Kisah Pilu Perantau Simalungun yang Rumahnya Dibakar di Wamena

Simalungun | Mistar – Lastaida Simangunsong(44) dan 4 orang keluarganya terpaksa harus kembali ke rumah orang tuanya. Perempuan ini menceritakan peristiwa mengerikan yang dialami keluarganya, saat kerusuhan Wamena meledak beberapa waktu lalu.

Saat ditemui di rumah orangtuanya di Pasar 2 Nagori Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Selasa (22/10/19), ibu rumah tangga ini menceritakan kisahnya. Istri dari Victor Siahaan (59) tersebut mengaku sudah merantau ke Wamena, Papua, selama 21 tahun.

Lastaida berkisah, sebelumnya dia mendapat telepon dari sang suami yang mengatakan adanya kebakaran di pusat Kota Wamena dan agar berjaga-jaga. Saat itu sang suami berada di pusat Kota Wamena, sedangkan kediaman mereka berada di pinggiran kota.

Setelah mendapat informasi dari sang suami, Lastaida yang berprofesi berdagang tersebut langsung menutup kiosnya dan tetap berada di dalam rumah bersama anak dan seorang cucunya.

“Kondisi mencekamnya terjadi pada 23 Oktober 2019 dan rumah saya dibakar jam 10 pagi,” tuturnya.

Namun saat rumahnya hendak dibakar, dia dan keluarganya ditolong oleh warga setempat yang kebetulan berdagang pinang di depan rumahnya atau yang biasa disapa ‘Mama-mama Pinang’.

“Mereka jemput kita dari rumah. Mau diungsikan ke rumahnya. Hanya berselang 10 menit rumah kita dibakar. Habis semua barang-barang, hanya tinggal baju di badan,” ungkapnya

Ditambahkannya, setelah beberapa jam kemudian dia dan keluarganya dievakuasi oleh petugas TNI-Polri dan diungsikan ke Mapolres Jayawijaya. Pada Oktober 2019, Lastaida, keluarganya dan beberapa pengungsi lainnya kemudian dibawa ke Posko Bina Marga Jayapura dengan menggunakan pesawat hercules.

Selanjutnya bersama pengungsi lainnya asal Sumatera Utara, mereka kemudian dibawa menggunakan kapal laut dari Jayapura menuju Tanjung Priok Jakarta. “Kalau dari Jakarta ke Medan kami menggunakan bis yang disediakan Pemprov Sumut. Ada delapan bis,” ucapnya.

Ibu dari tiga anak tersebut mengatakan, dia tetap akan kembali ke Wamena tahun depan, sedangkan anaknya yang masih bersekolah sudah didaftarkan di SMP di daerah Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun.

“Wamena adalah tanah kedua saya. Suami dan menantu juga masih di sana,” ucap Lastaida.

Kepada pemerintah, Lastaida berharap agar tetap menempatkan pasukan keamanan di wilayah tersebut. “Jangan tarik ulur, tarik ulur, kalau ada kerusuhan baru dikasih masuk. Agak reda sedikit ditarik,” pungkasnya.

Sebelumnya Bupati Simalungun JR. Saragih bersama para pimpinan OPD Pemkab Simalungun menyambut pemulangan warga Sumatera Utara dari Wamena, Provinsi Papua, yang berasal dari Kabupaten Simalungun. Jumlahnya sebanyak 39 orang.

Ada pun pengungsi yang berasal dari Kabupaten Simalungun berasal dari Kecamatan Tanah Jawa sebanyak 7 orang, Kecamatan Jorlang Hataran 4 orang, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi 6 orang, Kecamatan Silimakuta 5 orang, Kecamatan Purba 7 orang, Kecamatan Pematang Bandar 5 orang, Kecamatan Bandar 4 orang dan Kecamatan Siantar 1 orang.

Sedangkan rincian berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 21 orang, yang terdiri dari 24 orang dewasa dan 15 orang anak-anak.

Kepulangan warga Simalungun yang sebelumnya menetap di Wamena, akibat tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi di sana sehingga mereka yang sebelumnya berada di Posko pengungsian, memilih kembali ke daerah asalnya untuk sementara waktu hingga situasi di Wamena berangsur pulih dan kondusif.

Reporter: Joe Ambarita
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles